TEMPO.CO, Tel Aviv - Parlemen Israel bersiap memilih presiden baru menggantikan Shimon Peres, yang masa jabatannya berakhir Juli mendatang. Ke-120 anggota Knesset akan memilih presiden baru dari lima kandidat dalam pemilihan tertutup, Selasa, 11 Juni 2014.
Kandidat unggulan adalah Reuven Rivlin, mantan ketua parlemen dan pesaing Partai Likud--partai sayap kanan yang berkuasa dan dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Jajak pendapat menunjukkan Rivlin sebagai calon pilihan publik. Mantan Menteri Pertahanan Binyamin Ben-Eliezer mencabut pencalonannya setelah polisi melancarkan penyelidikan dugaan penyimpangan keuangan.
Rivlin, 74 tahun, menentang pembentukan negara Palestina--posisi yang didukung Netanyahu. Dia menyatakan fokus kepresidenan jika terpilih adalah masalah-masalah domestik, tidak seperti pendahulunya, Peres. (Baca: Vatikan Gelar Doa Bersama Tiga Agama)
Netanyahu berulang kali berusaha menghambat pencalonan Rivlin, dan bahkan secara bersamaan pernah menggagas untuk menganulir posisi itu. Peres, mantan perdana menteri dan penerima Nobel Perdamaian, berhasil mengubah peran seremonial Presiden Israel menjadi posisi yang menarik perhatian internasional.
Menggantikan Moshe Katsav, politikus yang dipermalukan lantaran dipaksa meninggalkan jabatannya pada 2007, Peres menjadi salah seorang tokoh paling populer. (Baca: Pemerintahan Bersatu Palestina Dilantik)
Pemilihan presiden dilakukan saat koalisi negara-negara sekutu utama menuntut pemerintah mengeluarkan Israel dari Tepi Barat. Kalangan lain menyatakan sudah waktunya meningkatkan permukiman Yahudi, bahkan aneksasi di beberapa wilayah.
Pembentukan pemerintahan bersatu Palestina pekan lalu, dengan dukungan Presiden Mahmoud Abbas dari Fatah dan kalangan Hamas, menambah perpecahan di kalangan Israel.
Politikus lain yang juga bersaing memperebutkan posisi Presiden adalah Meir Sheetrit, asal Maroko, anggota partai tengah Hatnuah; Dalia Itzik, perempuan pertama yang menjadi ketua Knesset; pensiunan hakim agung, Dalia Dorner; dan penerima Nobel Kimia, Dan Shechtman.
Para pengamat memperkirakan akan ada putaran kedua karena tidak ada kandidat yang bakal meraih 61 suara untuk menang telak.
AL JAZEERA | NATALIA SANTI
Berita lainnya:
Jembatan 'Gembok Cinta' Paris Ambruk
Hillary Mengaku Bangkrut Saat Tinggalkan Gedung Putih
Miss Universe Thailand Mundur, Ini Penyebabnya