TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko menyatakan pembangunan kereta layang jalur melingkar (loop line elevated rail) lintas timur dan barat Jakarta akan ditunda hingga tahun depan. "Pembangunan terkendala Perpres, dan pemotongan APBN," kata Hermanto saat pemaparan proyek perkeretaapian di Hotel Millenium, Selasa, 10 Juni 2014.
Padahal, menurut dia, Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT Kereta Api Indonesia untuk menata sarana dan prasarana stasiun dan kereta api di Jabodetabek justru menambah proyek yang harus ditangani. "Saat ini kami dan PT KAI fokus untuk jalur ganda dan kereta api bandara, jadi kereta layang ditunda dulu," tuturnya. (Baca: 197 Pintu Perlintasan Liar Kereta Api Liar di Jakarta)
Seperti diketahui, pembangunan kereta layang jalur melingkar untuk kereta listrik di Jabodetabek direncanakan per tahun ini. Pemerintah menganggarkan Rp 9,5 triliun dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Adapun dana yang dikucurkan di awal untuk pembangunan awal yakni Rp 700 miliar. "Ini belum ditenderkan," ucap Hermanto. (Baca: Rel Ganda Lintas Utara Jawa Tinggal 600 Meter)
Nah, karena seluruh alokasi APBN 2014 untuk Kemenhub dipotong hingga Rp 10 triliun, akibatnya hanya dana proyek-proyek yang sudah dijalankan saja yang tidak dipotong. "Alokasi APBD dan APBN untuk proyek jalur ganda dan kereta bandara tidak boleh dikurangi hanya untuk membangun elevated rail," kata Hermanto.
Jalur kereta layang rencananya dibagi menjadi dua lintasan. Pertama, yaitu lintasan timur sepanjang sepuluh kilometer. Lintasan ini melalui Kampung Bandan-Rajawali-Kemayoran-Senen-Kramat-Pondok Jati. Kedua, yakni lintasan barat. Lintasan sepanjang 17 kilometer ini melalui Manggarai-Tanah Abang-Kampung Bandan.
Hermanto secara pribadi menyayangkan penundaan pembangunan kereta layang ini karena sebetulnya jika terealisasi, kapasitas angkutan penumpang bisa ditambah. “Nantinya, frekuensi kereta api di Jabodetabek meningkat jadi tiga menit sekali." (Baca: Jalan Sempit Persulit Perlintasan Tak Sebidang)
Terlebih, menurut dia, pembangunan rel layang ini berkaitan dengan perlintasan sebidang yang masih banyak terdapat di Jakarta. "Sudah tidak seharusnya ada perlintasan sebidang lagi. Kalau tidak dibangun terowongan, ya harus jalan layang," kata Hermanto.
PUTRI ADITYOWATI
Berita terpopuler:
Tarif Listrik 6 Golongan Pelanggan Naik per 1 Juli
Usai Debat Capres, IHSG Rebound 61 Poin
Utang Pemerintah Rp 2.652,10 Triliun