TEMPO.CO, Hoedspruit - Rasa kehilangan dan trauma parah menghantui Gartjie, seekor anak badak yang kehilangan ibunya karena dibunuh pemburu liar di sebuah hutan kawasan Afrika Selatan. Setelah melihat ibunya dibantai, Gertjie tidak mau tidur sendirian dan harus ditemani oleh petugas di konservasi satwa liar Hoedspruit Endangered Species Centre (HESC) yang menemukannya bulan lalu.
Petugas menemukan Gertjie, usia empat bulan, di samping tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa. Para petugas di HESC berusaha membuat kondisi Getjie membaik dengan memberikan makanan dan menemaninya berjalan-jalan. (Baca: Anak Badak Liar Lahir di Way Kambas)
"Anak badak tidak akan pernah mau dipisahkan oleh ibunya. Jika mereka sedih akan sulit untuk ditenangkan. Itu adalah pemandangan yang menyedihkan. Saat kami temukan, Gertjie tidak mau meninggalkan mayat ibunya dan terus menangis," kata seorang staf HESC seperti dilaporkan South Burnet Times, Rabu, 11 Juni 2014.
Malam pertama Gertjie di HESCS sangat sulit. Ia harus ditemani oleh petugas dan seekor domba bernama Skaap yang bertindak sebagai pengganti ibunya. Para petugas secara bergiliran memberi makan Gertjie setiap tiga jam sekali.
Kini, kondisi Gertjie sudah semakin baik dan sudah mau tampil di hadapan pengunjung. HESC berencana terus merawat Gertjie sampai ia siap kembali ke alam liar.
RINDU P. HESTYA | SOUTH BURNET TIMES
Berita Lain:
Tiga Mahasiswa ITS Dapat Anugerah Saintis Muda
Bukan Hanya Manusia, Tikus Juga Punya Rasa Menyesal
Telkomsel Pacu Trafik Data Lewat Piala Dunia