TEMPO.CO, Medan: Calon presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai menyasar kalangan pemilih yang belum fokus digarap, yaitu kaum nelayan, petani, dan wilayah perkebunan. Di Sumatera Utara, Jokowi mengunjungi perkampungan nelayan Kelurahan Nelayan Indah, Kecamatan Medan Labuhan. Besok hingga Sabtu mendatang, Jokowi akan menyasar daerah selatan Jawa.
"Jokowi kami gerakan ke daerah nelayan dan perkebunan," kata sekretaris tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto, di Medan, Sumatera Utara, Selasa, 10 Juni 2014. Menurut Andi, Jokowi sudah sering menyasar kalangan petani. "Nelayan dan perkebunan relatif belum disentuh," kata dia. (Baca: Jokowi Ingin Hapus UN)
Menurut Andi, besok Jokowi akan menyisir daerah yang memiliki posisi penting dalam pemilu presiden yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah bagian selatan, dan Yogyakarta. Tim pemenangan Jokowi, sudah memetakan mana daerah yang menjadi titik lemah dalam perebutan suara. Salah satu acuannya adalah hasil pemilu legislatif partai pengusung Jokowi-Kalla. "Kami juga memperhatikan faktor demografi," kata Andi merujuk kaum petani, perkebunan, dan nelayan. (Baca: Visi Jokowi: Kembalikan Subsidi Rumah Tapak)
Dia menuturkan tim pemenangan sudah membagi daerah prioritas yang memberikan kontribusi elektoral maupun daerah simbol keindonesiaan. Dia mencontohkan tujuan utama kampanye Jokowi ke Papua dan Jusuf Kalla ke Aceh. Menurut Andi, dua daerah itu sebenarnya bukan daerah untuk meraup banyak suara. "Tetapi wilayah itu penting bagi Indonesia," katanya.
Di Kampung Nelayan Indah, Jokowi berdialog dengan nelayan. Jokowi misalnya, menanyakan kesulitan yang dihadapi nelayan saat ini. Jokowi juga mempersilakan apa keinginan nelayan saat ini. Jokowi juga menanyakan mengenai kebutuhan hidup dan pendidikan para nelayan. "Sekolah bagaimana?" Jokowi bertanya. (Baca: Usai Debat Capres, Jokowi Terbang ke Sinabung)
Seorang nelayan, Samsudin Siregar menyampaikan keluhan peralatan untuk melaut. Misalnya, tidak pernah ada bantuan untuk mendapatkan perahu seharga Rp 42 juta. Dia juga mengeluhkan modal melaut yang mencapai Rp 500 ribu per hari. Dia juga mengeluhkan hasil tangkapan ikan yang dinilai tak memuaskan. "Koperasi tak eksis, tak ada yang menaungi kami," kata Samsudin.
WAYAN AGUS PURNOMO
Berita lainnya:
Slogan Baru Kemenag, Ikhlas Beramal
Kejaksaan Kembalikan Uang Ridwan Rp 2,06 Miliar
Berantas Korupsi, SBY: Indonesia Butuh 35 Tahun