TEMPO.CO, Bandung - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mempersoalkan berbagai masalah kelautan yang tak kunjung membaik dalam sepuluh tahun terakhir. Di masa pemerintahannya, Mega mengatakan ia berusaha membesarkan penelitian untuk masalah kelautan dan perikanan.
"Tapi sangat disayangkan, mohon maaf, untuk sepuluh tahun tidak berjalan seperti sebenarnya apa yang saya kehendaki. Kelautan kita turun. Nelayan kita masih sama," kata Mega dalam pidatonya di seminar nasional tentang kelautan di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 11 Juni 2014. (Baca:Kubu Jokowi Dekati Nelayan dan Buruh Perkebunan)
Saat krisis moneter, Mega menjelaskan pemerintahannya sempat membuat pompa solar mini dan pabrik es mini. Peralatan ini untuk mengurangi biaya transportasi yang sangat membebani nelayan saat itu. Namun, pompa solar kini tak jelas nasibnya. "Itu salah satu kelemahan bangsa kita. Kalau sudah ada, katanya berkesinambungan. Padahal ternyata tidak. Jadi, bagaimana kita akan maju ya, selalu mundur maju," ujar Mega.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengakui pengendalian kapal-kapal pencuri ikan masih sulit dilakukan. Kementerian hanya punya 27 unit kapal berukuran kecil dibanding kapal pencuri ikan. "Kalau kapal illegal fishing datang kita kejar, dia speed-nya sudah 100 kilometer per jam, (kapal) kita hanya 50 kilometer per jam. Ini kaitannya dengan anggaran," kata Cicip. (Baca:Petani, Nelayan Kritik Gaya Bicara Monoton SBY)
Menyiasati kelemahan itu, ujarnya, pemerintah bekerja sama dengan Prancis dalam pemasangan alat surveillance yang tersambung ke satelit. Perangkat itu berguna untuk mengejar pencuri ikan sekaligus memantau migrasi ikan. "Sehingga nelayan punya tujuan yang lebih tepat untuk melaut," ujar dia. (Baca:22 Juta Tani dan Nelayan Diklaim Dukung Prabowo)
ANWAR SISWADI
Berita lainnya:
PBB Beri Rapor Merah Soal Toleransi di Indonesia
Diklaim Kerap Mengajar, SBY Dapat Gelar Guru Besar
Moderatori Debat Capres, Erani Ungguli Tiga Ekonom