TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum, Muhammad, mengaku belum mengetahui tabloid Sang Pendusta yang beredar di Tasikmalaya, Jawa Barat. “Belum ada laporan dari daerah. Tapi ada tim yang bertugas khusus untuk mengecek itu,” kata Muhammad saat dihubungi Tempo, Jumat, 13 Juni 2014.
Tabloid Sang Pendusta beredar di Tasikmalaya. Isi dari tabloid tersebut menyudutkan calon presiden-wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Halaman depan tabloid itu bergambar karikatur Jokowi dengan hidung panjang menyerupai pinokio, tokoh kartun yang hidungnya memanjang jika berbohong. Judul depan tabloid tersebut adalah “Sang Pendusta, Mau Dibohongi Lagi”.
Fenomena tabloid Sang Pendusta yang beredar di Tasikmalaya hampir sama dengan beredarnya tabloid Obor Rakyat. Isi kedua tabloid pun hampir sama, menuding Jokowi dengan isu SARA. (Baca: Obor Rakyat Sebarkan Berita Jokowi Pro-Kristen)
Dua hari lalu, tabloid Obor Rakyat edisi kedua kembali beredar di Jember. Berita utama yang diangkat dalam tabloid Obor edisi kedua adalah “1.001 Topeng Pencitraan”. Kedua tabloid itu tidak satu pun yang memberitakan pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Muhammad mengatakan akan bertindak tegas jika mengetahui pelaku penyebaran tabloid itu. ”Kami bekerja sama dengan polisi mengusut kasus ini,” katanya. (Baca: Bawaslu Limpahkan Kasus Obor Rakyat ke Mabes Polri)
Bawaslu telah mencari kantor dan pengurus Obor Rakyat. “Alamatnya bodong dan nomor yang dicantumkan fiktif,” ujar Muhammad. Ia juga mengatakan Bawaslu kesulitan untuk melacak keberadaan pembuat tabloid.
Ketua Dewan Pers Indonesia Bagir Manan mengatakan dua tabloid itu tidak memenuhi syarat sebagai lembaga pers. Itu sebabnya, produk tersebut tidak akan mendapat perlindungan Undang-Undang Pers. “Pihak yang dirugikan silakan melapor ke polisi,” kata Bagir.
DINI PRAMITA
TERPOPULER:
Kecelakaan Taksi, None Jakarta 2004 Tewas
Sekab: JK Minta Rumah di Brawijaya ke SBY
Petir Bubarkan Pidato Pengukuhan Guru Besar SBY