TEMPO.CO, Banyuwangi - Ketua tim pemeriksa dari Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Jawa Timur Ajun Komisaris Besar Sudi Hardiyono mengatakan api yang membakar altar peribadatan Kelenteng Hoo Tong Bio berasal dari gudang belakang yang berada di kelenteng tua itu.
Tim labfor juga menemukan dua ruangan lain yang terpisah dari altar ibadah terbakar. “Ada sumber api lain di kedua ruangan itu,” kata Sudi Hardiyono, usai menyelidiki penyebab kebakaran kelenteng, Senin, 16 Juni 2014.
Menurut Sudi, api diduga kuat berasal dari gudang belakang karena tingkat kerusakannya paling parah. Gudang ini berisi sarana peribadatan yang mudah terbakar, seperti lilin dan uang kertas. Api kemudian merambat dari belakang ke altar peribadatan di bagian depan. (Baca:Jemaat Curiga Kebakaran Kelenteng Disengaja)
Selain gudang, dua ruangan lain turut terbakar, yakni wisma tamu dan kamar istirahat juru kunci. Labfor belum bisa memastikan sumber api. Instalasi listrik di kelenteng itu dalam kondisi normal, yang berarti bukan karena korsleting listrik. Oleh karena itu, tim labfor mengumpulkan sejumlah sampel abu di lima tempat berbeda.
Dari abu tersebut akan diteliti apakah ada kandungan bahan bakar minyak. Bila mengandung BBM seperti solar atau bensin, maka dipastikan ada unsur kesengajaan dari kebakaran itu. Namun, Sudi meminta masyarakat menunggu hasil pemeriksaan labfor yang diperkirakan rampung dalam sepekan.
Salah seorang petugas kelenteng, Mei Giok, tidak bisa memastikan penyebab kebakaran. Dia datang ke kelenteng pada Jumat, 13 Juni 2014 lalu, sekitar pukul 05.30 WIB.
Dia melakukan tugas rutinnya menyalakan lampu kambang dan lilin. "Saya tidak tahu, tiba-tiba ada api di altar Dewa Tan Hu Cin Jin di bagian tengah," ujar Mei.
Saat api membakar altar tengah, Mei mengaku hanya bisa terbengong. Lalu dia melihat banyak orang yang masuk memadamkan api. "Saya tidak bisa berbuat apa-apa," ucapnya. Mei telah diperiksa oleh Polsek Banyuwangi.
Kebakaran dahsyat itu terjadi pada Jumat pagi, 13 Juni 2014, sekitar pukul 06.00 WIB. Petugas pemadam kebakaran yang terlambat datang membuat api melalap habis altar ibadah yang dibangun pada 1784 ini. Seluruh isi kelenteng, mulai 16 patung dewa-dewi, prasasti kuno, dan sarana peribadatan ludes terbakar.
IKA NINGTYAS
Berita lainnya:
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Manning: Sejak Awal Publik Dibohongi soal Irak
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS