TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan yang dialami indeks dolar terhadap mata uang utama dunia membuat rupiah kembali mengalami pelemahan.
Pada transaksi pasar uang hingga pukul 12.00 WIB, rupiah kembali bergerak melemah pada kisaran 11.820 per dolar Amerika. Rupiah terdepresiasi seiring penguatan dolar terhadap mayoritas mata uang Asia pagi ini.
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan dolar menguat di pasar Asia setelah beberapa data ekonomi dirilis kurang positif. "Survei keyakinan konsumen di AS bulan Juni turun ke 81,2, menyusul perlambatan data penjualan retail bulan sebelumnya."
Di sisi lain, data indeks harga produsen juga turun 0,2 persen pada Mei dan pasar tenaga kerja juga menurun sehingga tingkat pengangguran di AS masih berada pada level 6,3 persen. Berbagai data di bawah ekspektasi kemudian membuat pelaku pasar cenderung mengamankan asetnya dengan membeli dolar.
Dari dalam negeri, hasil debat capres tadi malam tidak memberikan sesuatu yang spesial bagi pasar. Platform ekonomi yang diajukan oleh kedua calon relatif sama tapi dengan cara-cara yang berbeda. "Sayangnya, kedua calon presiden tidak menyinggung masalah fundamental yang terjadi selama ini, yakni inflasi," kata Lana.
Hari ini pelaku pasar masih menanti data inflasi zona euro, yang diperkirakan tumbuh lebih rendah dari ekspektasi. Rendahnya inflasi mengindikasikan pertumbuhan zona euro masih melambat karena lebih banyak uang yang disimpan ketimbang beredar. Sentimen ini akan menekan mata uang euro dan bisa merembet pada mata uang berisiko lainnya, termasuk rupiah.
Dari regional, mata uang cenderung melemah hingga pukul 12.00 WIB. Dolar Hong Kong berada pada level 76,75 per dolar AS, rupee India melemah ke 59,99 per dolar AS, ringgit melemah ke level 3,22 per dolar AS, dan won Korea terdepresiasi ke level 1.019,93 per dolar AS.
PDAT | M. AZHAR
Berita utama
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Skor 2-1, Argentina Susah Payah Kalahkan Bosnia
Mantan Istri Puas dengan Penampilan Prabowo