TEMPO.CO, Sleman - Museum Gunungapi Merapi di Hargobinangun, Pakem, Sleman, ramai dikunjungi menjelang bulan puasa dan masa libur sekolah.
Wahana edukasi masyarakat tentang kegunungapian dan ilmu kebencanaan, yang diresmikan pada 2009 itu memperkenalkan filosofi gunung api dan alat peraga kegempaan, benda-benda gunung api. Juga terdapat peraga-peraga letusan Gunung Merapi 2010, alat peraga tsunami dan teater untuk pemutaran film tentang gunung api di lantai dua.
"Ada pengunjung individu maupun rombongan. Ada juga yang mengadakan acara di area museum," kata Suharno, Kepala Unit Pelaksaa Teknis Museum Gunungapi Merapi, Ahad, 15 Juni 2014.
Pengunjung museum itu tahun ini mencapai 6.000-12.000 orang per bulan.
Mei lalu, pengunjungnya 12.194 orang. Suharno memprediksi pengunjung akan naik pesat pada masa liburan sekolah.
Suharno menyatakan museum ini memang menjadi salah satu tujuan geowisata di lereng Merapi. Selain wisata alam lainnya, museum Gunungapi Merapi ini menjadi wahana edukasi dan pengetahuan mitigasi bencana yang ditimbulkan oleh akibat erupsi gunung api.
Para wisatawan akan mendapatkan pengetahuan soal lava batuan atau lava yang mengalir berupa cairan silikat pijar, awan panas atau piroklastik, abu dan pasir vulkanik, gas vulkanik, lahar letusan, dan lahar hujan. Selain itu, karena memang untuk edukasi kebencanaan juga, pengunjung mendapatkan pengetahuan soal mitigasi atau penanggulangan bencana gunung api.
Di museum itu juga dipajang beberapa benda milik warga lereng Merapi yang rusak akibat sapuan awan panas. Seperti alat-alat dapur, sepeda motor, dan lain-lain. Juga foto-foto erupsi dan akibat dari erupsi itu.
Ada pula volcanic bomb, massa batuan yang terbentuk akibat lontaran material gunung. Karena ada proses pendinginan maka menjadi keras sebelum jatuh ke permukaan bumi. Bom vulkanik itu bisa terlontar hingga beberapa kilometer dari puncak gunung.
Warjono, salah satu pengunjung museum itu mengajak anaknya untuk mengetahui lebih banyak soal gunung api. "Biar anak-anak tahu lebih banyak tidak hanya melalui televisi," kata warga Morangan, Sleman, itu.
MUH SYAIFULLAH
Berita Lainnya:
Solo Deklarasikan Gerakan Gemar Makan Gulai
Menikmati Wisata Air di Pulau Nusa Lembogan
Mencicip Sate Lembut Hj Romlah di Kebon Kacang
Bermain Air di Wahana Baru JungleLand
22 Juni, Masuk Museum di Kota Tua Gratis