TEMPO.CO, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akan ikut mendanai pembangunan kembali Kelenteng Hoo Tong Bio yang ludes terbakar pada Jumat, 13 Juni 2014. "Kami akan bantu anggaran dan arsitek," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas setelah mengunjungi Kelenteng Hoo Tong Bio, Selasa, 17 Juni 2014.
Azwar ikut prihatin dengan insiden yang meruntuhkan dan menghabiskan isi kelenteng tersebut. Padahal Kelenteng Hoo Tong Bio merupakan bangunan bersejarah dan tujuan wisata.
Selama ini Pemkab Banyuwangi juga gencar mempromosikan kelenteng berusia 230 tahun itu sebagai obyek wisata. Bupati berharap pembangunan Kelenteng Hoo Tong Bio bisa dilakukan secepatnya. Dia meminta arsitektur kelenteng sebelumnya tetap dipertahankan. (Baca: Prasasti Tertua Kelenteng Banyuwangi Ikut Terbakar)
Pengurus tempat ibadah Tri Dharma, Bambang Witarsa, mengatakan pihaknya belum menghitung berapa anggaran yang dibutuhkan untuk membangun kelenteng itu kembali. "Nilainya pasti besar karena kita membangun seluruhnya," ujarnya.
Saat ini pengurus masih menunggu hasil penyelidikan Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur mengenai penyebab terbakarnya kelenteng yang dibangun tahun 1784 itu. (Baca: Mengenang Sejarah di Puing Klenteng Hoo Tong Bio)
Kebakaran dahsyat itu terjadi pada Jumat pagi, 13 Juni 2014, sekitar pukul 06.00 WIB. Belum diketahui penyebab kebakaran itu. Pengurus hanya berhasil menyelamatkan 4 dari 16 patung dewa yang dipuja. Tiga prasasti kayu--yang tertua bertarikh 1784--tak tersisa. Api juga melahap semua sarana ritual ibadah umat Tri Dharma itu.
Klenteng Hoo Tong Bio dibangun oleh komunitas Tionghoa yang menghuni Blambangan pada 1784. Hoo Tong Bio bermakna kuil perlindungan orang Cina. Mereka mendirikan rumah ibadah ini untuk menghormati leluhur mereka, Tan Hu Cin Jin, yang dianggap menyelamatkan komunitas Tionghoa yang saat itu ditawan Belanda. (Baca: Penyebab Kelenteng Tua Terbakar Tunggu Labfor)
Dari panel kayu yang sebelumnya terpasang, Hoo Tong Bio mengalami beberapa renovasi. Antara lain pada 1848, 1890, dan 1980. Pemugaran sempat terhenti semasa Orde Baru, kemudian berlanjut secara besar-besaran pada 2003-2008.
IKA NINGTYAS
Terpopuler:
Cak Lontong: Saya Tidak Merasa Lucu
Elektabilitas Jokowi Turun di DKI, Ini Kata Ahok
KPK Segel Ruangan Menteri PDT Sejak Senin Malam
Kantornya Disegel, Menteri PKB Dibidik KPK?
Wanita Ini Jual Jasa Prostitusi di Perpustakaan