TEMPO.CO, Cilacap - Empat macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang selama ini tinggal di sejumlah hutan di Jawa Tengah telah keluar dari habitatnya. Menyempitnya lahan hutan dituding menjadi penyebab utama hewan terancam punah itu keluar dari habitatnya.
“Ini bukan semata persoalan kekurangan makanan, tapi mereka sudah tak punya wilayah untuk dijelajahi,” kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah, S.Y. Chrystanto, Rabu, 18 Juni 2014.
Di Jawa Tengah bagian selatan, macan tutul terbilang masih banyak. Terutama di hutan Nusakambangan. Ia menyebutkan, berdasarkan pantauan melalui kamera trap, di Pulau Nusakambangan masih terdapat sekitar 18 ekor macan tutul yang hidup di luar kawasan hutan cagar alam. Padahal di pulau itu ada tambang semen PT Holcim.
Chrys berharap PT Holcim Indonesia tidak sekadar menambang batu kapur Nusakambangan untuk kepentingan produksi semen. Mereka juga diharapkan memperhatikan lingkungan sekitar demi kelangsungan hidup macan tutul di pulau itu. (Baca: Konservasi Macan Tutul Jawa Dirumuskan)
Soal macan tutul yang masuk kandang ayam di Dayeuhluhur, Cilacap, kata Chrys, BKSDA akan membawa macan itu ke Taman Safari Batang untuk mendapatkan perawatan. “Tim medis sedang melakukan pemeriksaan kesehatan, untuk pemulihan akan dilakukan di Taman Safari Batang,” katanya.
Ia mengundang dokter ahli dari Bogor agar macan bisa ditangani dengan baik. Pada September 2013, macan yang terkena jerat babi, mati saat dibawa ke Kebun Binatang Serulingmas, Banjarnegara. Saat itu, macan bahkan menjadi rebutan pejabat yang ingin menjadikan macan itu sebagai koleksi pribadi. (Baca: Pemerintah Siapkan Tempat Penyelamatan Macan Tutul)
Menurut dia, macan tutul yang terjebak di Dayeuhluhur itu hidup di kawasan hutan milik Perhutani yang berbatasan dengan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Ia akan menyurati Perhutani agar berhati-hati dalam melakukan penebangan. Ia mengimbau masyarakat tidak berburu satwa di hutan karena hal itu dapat berdampak terhadap ketersediaan makanan bagi macan tutul.
Koordinator Polisi Hutan BKSDA Jateng Seksi Konservasi Wilayah Cilacap-Pemalang, Rahmat Hidayat, mengatakan macan tutul itu memiliki panjang badan 70 sentimeter dan berat badan 30 kilogram. “Macan mengalami luka selebar 2-3 sentimeter dan panjang 6 sentimeter pada bahu kaki kanan depan maupun bahu kaki kanan belakang,” katanya. (Baca: Macan Tutul Dayeuhluhur Akhirnya Mati)
ARIS ANDRIANTO
Terpopuler:
Komnas HAM Akan Jemput Paksa Kivlan Zen, TNI Cuek
Dolly Ditutup, Ini Kisah Masa Kecil Warga Sekitar
JK: Istana Harus Pecat Pengelola Tabloid Obor
Kecelakaan Subang, 7 Siswa SMA Cengkareng Tew