TEMPO.CO, Riyad -- Arab Saudi memperingatkan Iran untuk tak turut campur tangan dalam krisis Irak. Ia mengatakan kekuatan luar tak seharusnya masuk ke Irak. Menteri Luar Negeri Pangeran Saud al-Faisal juga mengatakan Irak menghadapi perang saudara skala penuh dengan konsekuensi merembet ke kawasan.
Pernyataan Pangeran Saud dilontarkan bertepatan dengan peringatan Iran bahwa Teheran tidak akan ragu untuk membela tempat-tempat suci muslim Syiah di Irak. Negara itu juga menyatakan siap membantu Irak melawan "pembunuh dan teroris", merujuk pada militan Suni yang melancarkan serangan, yaitu Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Berbicara pada pertemuan para pemimpin Arab dan muslim di Jeddah, Pangeran Saud mendesak negara yang terus diguncang kekerasan itu untuk "melakukan rekonsiliasi nasional tanpa campur tangan asing atau agenda negara luar."
Dengan berhadap-hadapannya Iran dan Arab Saudi secara langsung dalam menyikapi krisis Irak, para pengamat menyatakan kawasan itu kini terancam perpecahan sektarian Suni-Syiah. Keduanya kian mempertajam pendirian dalam beberapa tahun terakhir di sisi yang berseberangan. Saudi memosisikan diri sebagai sebagai penjaga Mekah dan hierarki Suni konservatif, sedangkan Syiah Iran sebagai garda depan revolusi Islam dalam mendukung kaum tertindas.
Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki yang berhaluan Syiah telah meminta bantuan Iran setelah gempuran tanpa henti kubu militan selama seminggu terakhir. Al-Maliki juga menuding Arab Saudi berada di balik aksi itu dengan mendukung baik secara moral maupun material perjuangan ISIS yang ingin mengukir kekhalifahan Suni di jantung Timur Tengah.
Tudingan yang sama juga dilontarkan Presiden Iran Hassan Rouhani yang menyatakan "kelompok teroris" mendapatkan dukungan keuangan, politik, dan persenjataan dari negara-negara di kawasan itu dan negara-negara Barat yang kuat. Namun, ia menolak menyebut nama negara yang dimaksud.
AP | INDAH P