TEMPO.CO, Jakarta - Anggota tim sukses Prabowo-Hatta, Letnan Jenderal (Purn) Johanes Suryo Prabowo, meminta rakyat jangan percaya ucapan Wiranto mengenai latar belakang pemberhentian Prabowo dari dinas ketentaraan pada 1998.
Menurut dia, Wiranto sosok oportunis dan kutu loncat. “Habis numpang hidup di zaman Soeharto, dia loncat ke Habibie. Ketika Gus Dur jadi presiden, dia dipecat karena Gus Dur paham Wiranto adalah pelanggar HAM sebenarnya," kata Suryo ketika dihubungi pada Kamis, 20 Juni 2014.
Mantan Kepala Staf Umum TNI yang pensiun sekitar setahun lalu ini berpendapat bahwa Dewan Kehormatan Perwira buatan Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto pada 1998 adalah produk politik Wiranto untuk membunuh karakter Prabowo. Wiranto disebut menunggangi DKP untuk mematikan karier Prabowo. Ia juga mengkritik Wiranto yang mengatakan surat rekomendasi DKP bukan dokumen rahasia, padahal di tiap lembar surat itu tertulis: "RAHASIA". (Baca: Wiranto Bongkar Rahasia Pemecatan, Nasib Prabowo?)
Bahkan, menurut Suryo, DKP cacat hukum karena bertentangan dengan Surat Keputusan Panglima ABRI Nomor 838/XI1995 tertanggal 27 November 1995 tentang Petunjuk Administrasi Dewan Kehormatan Militer. Dalam ketentuan nomor 7 (a-3) dan 7 (c-2) disebutkan pembentukan DKP untuk memeriksa perwira yang bersangkutan hanya dapat dilakukan setelah adanya putusan hukum yang dijatuhkan peradilan militer. “Pertanyaannya, kapan dan di mana Prabowo diadili melalui peradilan militer?" kata Suryo.
Prabowo sengaja tidak diajukan ke Mahkamah Militer, ia menerangkan, untuk menutupi keterlibatan atasan Prabowo. Peradilan terhadap Prabowo pun diulur-ulur meski desakan untuk menggelar Mahkamah Militer sangat kuat. Maka dia meyakini bahwa Prabowo diberhentikan dengan hormat berdasaran penjelasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pada saat itu anggota DKP dengan pangkat letnan jenderal. "Kalau tidak percaya pada Presiden, itu artinya tidak percaya pada NKRI. Ini bahaya. Jenderal purnawirawan tidak percaya pada NKRI," ujar Suryo.
Suryo menduga Wiranto sedang mengambil hati Megawati. “Semua jenderal di sekitar Mega sudah tampil, nah sekarang giliran Wiranto,” katanya. Ia lantas menyebutkan tokoh militer pro-Jokowi yang sudah tampil di publik, seperti Luhut Panjaitan, Agum Gumelar, Hendropriyono, Fachrul Razi, dan Syamsu Djalal.
SUNDARI
Berita Terpopuler:
Empat Saksi Penting Hambalang Meninggal, Kenapa?
KPK: Jangan Ada Lagi Menteri seperti Suryadharma
KPK Berencana Tempuh Jalur Hukum Soal Transkrip
Empat Saksi Penting Hambalang Meninggal, KPK Santa