TEMPO.CO, Jakarta - Kuasa hukum DD, ibu korban kekerasan seksual di Jakarta International School, menyatakan tak gentar terhadap tuntutan yang dilayangkan pihak JIS ke polisi. DD dilaporkan karena dianggap mencemarkan nama baik tiga guru dengan cara menyebarkan surat elektronik yang menuduh ketiganya terlibat kasus kekerasan seksual di JIS.
"Kami punya jelas buktinya, jadi kami serahkan saja ke polisi," ujar kuasa hukum ibu korban, O.C. Kaligis, Jumat, 20 Juni 2014. Ia menyatakan salah satu bukti kuat dari tudingan tersebut adalah keterangan korban.
"Itu disampaikan saat anak diperiksa dan didampingi langsung oleh psikolog," tuturnya. Menurut Kaligis, tak mungkin anak menyampaikan keterangan bohong dalam pemeriksaan tersebut. "Ia menunjuk (tiga guru) tersebut ketika diperlihatkan gambarnya."
Ibu korban, kata Kaligis, sempat takut akibat pelaporan tersebut. Namun ia menyatakan bahwa apa yang dilakukan ibu korban sudah benar, dan meminta penanganan selanjutnya kasus ini diserahkan kepada polisi. "Kami yakin polisi akan membuktikan (tuduhan) tersebut."
Pengakuan baru itu berdampak panjang. Empat guru JIS ditunda deportasinya oleh Imigrasi atas permintaan polisi. Dua guru JIS dengan jelas tercantum dalam surat elektronik DD yang disebar kepada para orang tua murid, yakni ED (Amerika) dan NB (Kanada). Satu terlapor lain adalah asisten guru berinisal FT, warga Indonesia. (Baca: Korban Ketiga JIS Siap Lapor Polisi)
Mereka rencananya akan diperiksa Senin mendatang. Jauh sebelum itu, pada Jumat pekan lalu, polisi sudah melakukan persiapan dengan cara menggeledah ruangan mereka dan mengambil sejumlah barang bukti. Hal ini diprotes pihak JIS.
Chris Gould, auditor pendidikan untuk JIS dari Child Safe Australia, menuturkan cara tersebut tidak profesional. "Apalagi membawa anak ke tempat kejadian perkara pada malam hari hingga larut, itu tak baik," ujarnya.
Ia mengatakan polisi jangan mengusut kasus ini secara tergesa-gesa. Menurut ia, anak tak bisa dipaksa untuk terus memberi keterangan terkait dengan kasus ini. "Karena mereka akan cenderung menyatakan apa yang disampaikan berulang pada mereka."
Salah satu contohnya adalah teknik penuduhan yang kini menjerat tiga guru JIS. "Memberikan foto dan menyuruh anak untuk menunjuknya, that's tricky business," ujarnya dalam wawancara dengan Tempo. Menurut ia, seharusnya polisi menggunakan banyak pertanyaan terbuka (leading question) agar anak bisa bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya.
M. ANDI PERDANA