TEMPO.CO, Jakarta - Kubu Prabowo Subianto menyatakan pembentukan Dewan Kehormatan Perwira, untuk menyelidiki keterlibatan Prabowo Subianto dalam penculikan aktivis pada 1997-1998, inkonstitusional. Sebab, pembentukan DKP tidak sesuai surat keputusan Panglima TNI Nomor 838 tahun 1995.
Anggota tim kampanye nasional Prabowo Hatta, Andre Rosiade, menyatakan Panglima TNI saat itu, Jenderal Wiranto, tidak punya wewenang membuat DKP. Soalnya, Prabowo merupakan perwira tinggi. Saat di sidang, Prabowo berpangkat letnan jenderal.
"Panglima TNI hanya mempunyai wewenang membentuk DKP untuk perwira menengah, dari kolonel ke bawah," kata Andre di rumah tim pemenangan Prabowo-Hatta, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu 21 Juni 2014. (Baca: Wiranto Penculikan Aktivis Inisiatif Prabowo)
Kejanggalan lainnya, ujar Andre, tiga anggota tim DKP harus memiliki pangkat yang lebih tinggi dari Prabowo. Namun, nyatanya, cuma Subagyo Hadi Siswoyo yang pangkatnya di atas Prabowo. Enam anggota lainnya, berpangkat letjen.
Keenam anggota itu antara lain, Djamari Chaniago, Fachrul Rozi, Arief J. Kumaat, Agum Gumelar, dan Susilo Bambang Yudhoyono.
"Ini menunjukkan Wiranto sebagai Panglima TNI sudah melakukan tindakan inkonstitUsional," ujar Andre.
Sebelumnya, dua minggu lalu, surat pemecatan Prabowo beredar di publik. Kamis lalu, Wiranto menjelaskan, surat itu tersimpan di Markas Besar TNI dan Sekretariat Umum.
"Tapi Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan tidak ada arsip DKP di sana," ujar Andre.
Kubu Prabowo, kata Andre, mempertanyakan munculnya surat DKP menjelang pilpres.
"Kenapa 2009 saat Prabowo jadi cawapres Megawati Soekarnoputri tidak diungkap? Kenapa para jenderal diam seribu bahasa?" ucapnya.
Menurut Andre, surat DKP dikeluarkan karena kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla ketar-ketir dengan elektabilitas Prabowo yang terus meningkat. "Berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo sudah menyalip Jokowi," ujar Andre. (Baca: Wiranto Bongkar Rahasia Pemecatan Nasib Prabowo)
SINGGIH SOARES
Berita Lain
Intuisi Indigo Ungkap Kelemahan Prabowo. Apa itu?
Usai Diberedel, Keluarga Prabowo Ingin Beli Tempo
Goenawan Mohamad: Kita Takut Orde Baru Lahir Lagi