TEMPO.CO, Jambi - El Nino mengakibatkan kemarau panjang dan mengurangi stok air. Walhasil, terjadi kekeringan yang memicu kebakaran lahan gambut, terutama di Jambi dan Riau.
Manajer Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (Warsi) Rudi Syaf mengatakan para ahli memprediksi kemarau panjang akan terjadi dari Juli hingga November. Kerugian akibat kebakaran gambut pada musim ini diperkirakan lebih besar dibanding pada awal tahun ini di Riau.
"Lima minggu saja kemarau, gambut akan terbakar," ujar Rudi di hadapan peserta Uji Kompetensi Jurnalis yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen di Balai Diklat Jambi, Sabtu, 21 Juni 2014. (Baca juga: Kebakaran di Riau, BNPB Pusat Enggan Turun Tangan)
El Nino merupakan gejala gangguan iklim yang disebabkan oleh pemanasan air laut di Samudra Pasifik. Gangguan ini mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan.
Menurut Rudi, ada dua cara untuk mengantisipasi meluasnya kebakaran. Pertama, dengan memblokade kanal lahan gambut untuk menjaga kedalaman air. Cara ini bisa menghindarkan kebakaran gambut dan menghambat proses emisi karbon berlebihan.
"Seharusnya lahan gambut dengan kedalaman tiga meter harus dilindungi," ujarnya.
Kedua, mekanisasi pertanian agar tidak pola tebang-bakar tidak digunakan untuk membuka lahan. "Satu unit alat berat saja untuk satu kecamatan bisa membantu untuk mekanisasi," ujarnya.
Menurut Rudi, hal-hal tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan. Namun pemerintah juga harus menekan perusahaan untuk melakukan hal tersebut.
Saat ini, luas lahan gambut di Riau mencapai 2,5 juta hektare. Sedangkan di Jambi 676.341 hektare, yang tersebar di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, dan Tanjung Jabung Timur.
Pada 1997, El Nino menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang sangat besar. Kerugian mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat. Kabut asap akibat kebakaran pun melanda beberapa negara tetangga, seperti Singapura.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan satelit Terra dan Aqua memantau 250 titik panas (hotspot) di Riau. Ini diperkirakan disebabkan oleh kemarau yang memicu kekeringan.
ANDRI EL FARUQI
Berita Lain
Jokowi Siapkan Pertanyaan Khusus untuk Prabowo
Perjalanan Spiritual ke Mekah, Ki Joko Bodo Tobat
Hasil Audit BPK, Kado Ulang Tahun buat Jokowi