TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus level 11.985 per dolar Amerika membuat indeks gagal mengalami penguatan.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Senin, 23 Juni 2014, kembali terkoreksi 5,57 poin (0,11 persen) ke level 4.842,129. Indeks sempat mengalami technical rebound di sesi pembukaan seiring menguatnya bursa regional Asia, tetapi kembali tertekan menjelang sesi penutupan.
Analis dari PT Waterfront Securities, Ratna Lin, mengatakan sentimen negatif dari pelemahan nilai tukar membuat indeks kembali tertekan. "Meski bursa bursa regional bergerak ke arah positif, depresiasi rupiah membuat prospek saham kembali merosot."
Menurut Ratna, struktur industri dalam negeri yang masih mengandalkan impor membuat pelemahan rupiah menjadi beban bagi emiten. Apalagi emiten yang sebagian besar bahan bakunya diperoleh dari impor dan memiliki beban pinjaman dolar dalam jumlah besar.
Debat calon presiden putaran ketiga direspons netral oleh investor. Selain tema debat yang bukan soal ekonomi, pasar juga mulai rasional dalam melihat elektabilitas kedua pasangan yang relatif berimbang. "Pasar kembali realistis dengan melihat bahwa kondisi fundamental ekonomi yang melambat adalah hambatan utama bagi IHSG," ungkap Ratna.
Saham yang berpindah tangan hari ini sebanyak 5,1 miliar lembar saham senilai Rp 4,5 triliun dalam 163,7 ribu kali transaksi. Asing mencetak penjualan bersih Rp 231 miliar.
Bursa regional variatif hingga 16.45 WIB. Indeks Nikkei 225 menguat 0,13 persen ke 15.369, Strait Times melemah 0,04 persen ke 3.257,4, bursa Korea menguat 0,35 persen ke 1.974,92, dan bursa Australia menguat 0,58 persen ke 5.432,7.
PDAT | M. AZHAR
Berita lain:
Dirampok, Caddy Golf Melawan dengan Tendangan Maut
Rapor Merah DKI, Jokowi Diminta Mundur
Kejanggalan Pembunuhan di Rumah Tentara Bandung
Midnight Sale, Pengunjung Serbu Sepatu dan Tas
Ini Tip Midnight Sale dari Pengusaha Mal
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Harga Kopi Starbucks Naik Satu Dolar