TEMPO.CO, Subang - Para petani di wilayah pantai utara Subang, Jawa Barat, mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi di pasaran. Padahal, saat ini mereka sangat membutuhkan pupuk untuk tanaman padi yang baru berumur dua mingguan.
"Kami bingung, pupuk bersubsidi lari kemana sebab di kios-kios kosong," kata seorang tokoh petani pantura Subang, H Otong, saat bertemu dengan Menteri BUMN Dahlan Iskan serta jajaran direksi PT Pupuk Indonesia di Desa Ciasem Baru, Subang, Jawa Barat, Senin, 23 Juni 2014.
Ia mendesak Dahlan untuk menginstruksikan PT Pupuk Kujang untuk segera mendistribusikan pupuk bersubsisi ke kios-kios resmi agar para petani di Subang, bahkan di Jawa Barat, tak kelabakan. "Seperti saat ini, petani sudah waktunya memupuk tanaman padi berumur satu hingga dua pekan, tapi pupuknya malah kosong," kata Otong.
Dahlan mengatakan sebetulnya pupuk subsisi itu tidak langka. Hanya saja, pemerintah telah memangkas subsidinya, dari yang semula 13 juta ton sekarang tinggal 7,8 ton. Dia sudah meminta PT Pupuk Indonesia menyalurkan stok pupuk bersubsidi yang kini tersimpan di gudang-gudangnya. Akan tetapi, ternyata ada aturan main yang harus ditempuh.
"Harus seizin Menteri Pertanian dan Menteri Pertanian harus mendapatkan persetujuan DPR. Sebab, kalau proses itu tidak ditempuh, bisa disemprit BPK," ucap Dahlan.
Direktur Utama PT Pupuk Kujang Cikampek Bambang Tjahyono mengatakan saat ini stok pupuk bersubsidi yang tersimpan di gudang pabrik dan lini tiga di kabupaten-kabupaten di Jawa Barat dan sejumlah kabupaten di Jawa Tengah ada 15 ribu ton. Namun, stok itu belum bisa didistribusikan sebelum ada izin Mentan dan persetujuan DPR.
Jatah pupuk bersubsidi yang diajukan sesuai Peraturan Gubernur Jabar pada medio Juni 2014 yakni 37.268 ton. Dari jatah itu, yang sudah disalurkan hingga pekan keempat Juni 2014, mencapai 35.890 ton.
Untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk bersubsidi yang dipicu proses kebijakan ketat pemerintah, Pupuk Kujang kemudian menyodorkan solusi dengan menjual pupuk kantong berisi lima kilogram agar terjangkau oleh petani kecil.
"Tetapi, harganya non-subsidi, yakni Rp 4.500 per kilogram," ujar Bambang. Harga tersebut jauh lebih mahal dari pupuk bersubsidi yang dibanderol Rp 1.400 per kilogram.
NANANG SUTISNA
Berita lain:
Dirampok, Caddy Golf Melawan dengan Tendangan Maut
Rapor Merah DKI, Jokowi Diminta Mundur
Kejanggalan Pembunuhan di Rumah Tentara Bandung
Midnight Sale, Pengunjung Serbu Sepatu dan Tas
Ini Tip Midnight Sale dari Pengusaha Mal
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Harga Kopi Starbucks Naik Satu Dolar