TEMPO.CO, Surakarta - Laboratorium Pusat Kimia Dasar Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, sejak dua tahun lalu merintis produksi baterai lithium-ion untuk keperluan mobil listrik nasional. UNS merupakan salah satu dari lima perguruan tinggi yang mendapat tugas mengembangkan mobil listrik.
"Kami kebagian tugas mengembangkan baterai dan material bodi," ujar Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNS Darsono, Senin, 23 Juni 2014. (Baca: Mahasiswa ITB Bikin Robot Ikan)
Dia mengatakan tim riset baterai lithium-ion Fakultas Teknik UNS berhasil mendapatkan hibah dana penelitian dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan sebesar Rp 2 miliar. Uang tersebut dipakai membeli bahan baku dan peralatan produksi.
Hasil evaluasi Dewan Riset Nasional menyatakan penelitian baterai lithium-ion UNS mendapat penilaian memuaskan. "Dari hasil evaluasi, UNS disebutkan sudah bisa masuk fase spin-off," katanya.
Ketua tim penelitian baterai lithium-ion Fakultas Teknik UNS, Agus Purwanto, mengatakan fase spin-off berarti peralihan dari riset perguruan tinggi ke industri. Targetnya, dalam satu-dua tahun ke depan, baterai lithium-ion dengan merek Smart UNS sudah dipasarkan.
Biaya produksinya hanya Rp 10 ribu per buah. Namun, jika dijual, baterai lithium-ion Smart UNS diperkirakan dihargai Rp 50 ribu per buah. Hitungannya, biaya produksi ditambah margin keuntungan untuk produsen dan mitra industri serta ongkos pemasaran.
"Kalau baterai sejenis yang dijual di pasaran harganya Rp 50-100 ribu," ujarnya. (Baca: Dosen Bengkulu Bikin Pakan Ayam dari Lumpur Sawit)
Baterai lithium-ion Smart UNS punya keunggulan dibanding produk sejenis. Baterai lebih bertenaga, lebih awet, dan masa pakainya lebih lama. Jika baterai lithium-ion di pasaran hanya bisa diisi ulang maksimal 500 kali, baterai buatan UNS bisa sampai 3.000 kali.
"Jika tiap hari diisi ulang, berarti bisa bertahan 3.000 hari atau sekitar tujuh tahun," tuturnya.
Baterai lithium-ion ini bisa digunakan hingga tiga jam tanpa henti. Sedangkan isi ulangnya hanya butuh waktu sekitar satu jam.
Untuk penjualan, dia berencana menggandeng PT Len Industri dan PT Nipress. Meski bisa menjual sendiri, dia menilai butuh biaya besar karena harus menyiapkan jaringan distribusi.
Baterai lithium-ion Smart UNS punya kode 18650, yang berarti berdiameter 18 milimeter, tinggi 65 milimeter, dan angka 0 menunjukkan bentuk silinder. Agus menyebut baterai seberat 30 gram tersebut punya bentuk dan ukuran universal. "Jenis baterai seperti ini yang banyak digunakan di perangkat listrik di dunia. Termasuk mobil listrik buatan Amerika."
UKKY PRIMARTANTYO
Berita Lain
Harga Kopi Starbucks Naik Satu Dolar
Dapat Sabuk Hitam, Wakil Ketua PPATK Bergelar Pendekar
Sting Tak Akan Wariskan Harta kepada Anaknya