TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Daniel Zuchron mengatakan Bawaslu telah menarik tabloid Obor Rakyat edisi ketiga yang beredar di sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Probolinggo, Tuban, Ponorogo, dan Jember. "Kami langsung sita, ditarik oleh Panwaslu," ujar Daniel di kantornya, Selasa, 24 Juni 2014.
Menurut Daniel, Obor Rakyat terbaru ini tidak dikirimkan melalui pos tapi diantar langsung ke pesantren-pesantren. "Tidak ada cap pos, diletakkan di pintu pondok pesantren."
Di Probolinggo, Panwaslu setempat menyita tujuh map tabloid yang dipimpin Setiyardi Budiono tersebut. "Satu map ada beberapa tabloid," kata Daniel. (Baca: Obor Rakyat Beredar di 27 Kecamatan di Lamongan)
Daniel melihat langsung penyitaan tersebut. Pada saat itu Daniel sedang melakukan pengecekan surat suara di Probolinggo. Menurut dia, kasus ini sudah masuk ranah pidana, sehingga kewenangan Bawaslu tidak untuk mengungkap pelaku namun Panwaslu masing-masing daerah harus menjaga kondusivitas wilayah sehingga berhak melakukan penyitaan.
Senin kemarin, Setiyardi datang ke Mabes Polri untuk memberi penjelasan seputar tabloid Obor Rakyat yang berisi aneka tulisan kampanye hitam terhadap Jokowi. Pekan lalu, Setiyardi mangkir dari panggilan kepolisian. (Baca: Edisi Keempat Obor Rakyat Serang Jokowi Lewat BPK)
Sabtu dua pekan lalu, Setiyardi mengaku bertanggung jawab atas penerbitan tabloid tersebut. Menurut dia, Obor Rakyat dicetak 100 ribu eksemplar per edisi. Setiap eksemplar dicetak dengan biaya Rp 1.000 rupiah.
Setiyardi mengatakan penerbitan Obor Rakyat tak memakan banyak biaya karena jumlah halamannya tak banyak. Dia membandingkan biaya cetak itu dengan media nasional, seperti majalah Tempo dan harian Kompas yang jumlah halamannya sangat banyak. (Baca: Prabowo Hatta Diminta Tanggapi Obor Rakyat)
TIKA PRIMANDARI
Terpopuler:
Diduga Menipu, Bos Cipaganti Ditahan Polisi
Merasa Tak Dihargai, Ayu Azhari Pindah ke Jokowi
Penipuan Investasi, Dua Petinggi Cipaganti Ditahan
8 Jam, Api Masih Mengamuk di Mal King's Bandung
Dukung Jokowi, Anwar Fuady Tak Takut Dipecat