TEMPO.CO, Jakarta - Akbar Muriawan, 35 tahun, terduga teroris yang ditangkap di rumahnya di Cipayung, Selasa malam, 24 Juni 2014, ternyata merupakan salah satu warga Kelurahan Munjul, Jakarta Timur, sejak tahun 1995. Saat remaja, pria yang bersekolah di Budi Utomo (Budut) ini sangat dikenal dengan kenakalannya. Donal, begitu panggilannya saat ia remaja, pernah mendekam di balik jeruji besi karena terlibat tawuran semasa sekolah. "Dulu dia preman Budut. Setelah keluar penjara, taubat," kata Anton Setiawidi, 34 tahun, warga sekitar dan teman Akbar semasa sekolah.
Anton mengatakan saat remaja Akbar masih suka bersosialisasi dengan warga, mudah bergaul. "Kumpul-kumpul di Karang Taruna, main bola bareng. Tapi semenjak ia keluar dari penjara, mulai jarang." Kata Anton.
Akbar mulai sering mengaji dan rajin beribadah. Tepat 5 tahun yang lalu, semenjak ia menikah dengan wanita pujaannya yang ia kenal dari pengajian-pengajian yang sering diikuti, Akbar seperti benar-benar memisahkan diri dari pergaulannya yang lama. "Dia jadi guru ngaji," kata Anton.
Menurut Anton, saat itu Akbar benar-benar berpenampilan Islami. Akbar selalu terlihat mengenakan pakaian gamis, sementara istrinya, Neni, 29 tahun, memakai cadar. Pria yang sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil-kecil tersebut mulai tertutup. "Seminggu terakhir ini, dia pernah bawa teman-teman pengajiannya ke rumah," kata Anton.
Salah satu murid mengaji Akbar, Septia, 24 tahun, juga mengatakan hal serupa. "Dulu dia temperamen. Enggak ada yang enggak kenal dia, udah kayak Abang sendiri. Enggak nyangka kayak begini sekarang," kata Septia.
Meski begitu, Cecep Saifullah, 40 tahun, Ketua RT 11, RT tempat Akbar tinggal, mengatakan akhir-akhir ini Akbar justru kembali berpenampilan seperti biasa. Bahkan Akbar sempat jadi tukang ojek di daerahnya tinggal. "Penampilan dia sekarang sudah biasa (lagi). Tidak berjenggot," kata Cecep.
UMAIR SHIDDIQ YAHSY
Berita lainnya:
Aktivitas Berjibun, Jokowi Tidur ala Uler Londot
Penutupan Dolly, Risma Kantongi Restu Megawati
Petani dan Polisi Bentrok, Delapan Terluka