TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pers, Stanley Adi Prasetyo, meminta media massa lebih selektif menggunakan data dari berbagai lembaga riset. Data yang bersumber dari lembaga tersebut wajib disikapi secara kritis agar tidak mengalami distorsi pemberitaan. “Menjadi kewajiban media untuk melakukan verifikasi dan meralat jika ada kesalahan,” kata Stanley kepada Tempo, Rabu, 25 Juni 2014.
Menurut Stanley, sikap kritis perlu dikedepankan untuk menguji kredibilitas sebuah penelitian. Sebab, kesimpulan sebuah penelitian bisa berbeda, tergantung pada metode yang digunakan, bentuk pertanyaan, model pemilihan sampling, bahkan sumber pendanaannya. “Kalau perlu bisa dibandingkan juga dengan hasil penelitian yang lain. Jangan asal mengikuti gendang yang mereka buat,” ujarnya.
Baca Juga:
Kasus terbaru dialami stasiun televisi TV One. Malam tadi, televisi milik pengusaha nasional yang juga Ketua Umum Partai Golongan Karya, Aburizal Bakri, itu menayangkan riset tentang keunggulan jumlah pemilih calon presiden Prabowo-Hatta Rajasa. Berita yang bersumber dari situs CNN itu belakangan diketahui berita palsu yang menduplikasi penelitian lembaga riset asal Amerika Serikat, Gallup Poll. (Baca: Survei Gallup Palsu Menangkan Prabowo-Hatta)
Berita berjudul “Indonesians Predict Prabowo Will Be Next Indonesia President” itu awalnya dimuat dalam laman jurnalisme warga, iReport. Laman ini bukanlah berita resmi CNN, melainkan blog bagi pengguna situs tersebut. Yang cukup menggelikan, salah satu kesimpulan riset itu juga menyebut-nyebut nama Obama yang diyakini akan memenangi hasil pemilihan umum.
Belakangan diketahui informasi itu adalah riset fiktif yang menjiplak hasil penelitian Gallup Poll tentang tingkat keterpilihan Obama sebagai Presiden Amerika Serikat. Penelitian berjudul “Americans Predict Obama Will Be Next U.S. President” itu dibuat pada 16 Juni 2008. Situs berita CNN akhirnya menghapus laman tersebut lantaran dianggap melanggar pedoman dan syarat penggunaan iReport Community.
TV One pun meralat pemberitaan tersebut. Mereka mengaku salah lantaran berita itu tayang tanpa meminta konfirmasi dari sumber berita. Stanley berharap kejadian itu tak lagi terulang. Maka, prinsip kehatian-hatian harus dikedepankan. “Apalagi menjelang pemilihan umum. Banyak lembaga abal-abal yang kesimpulan risetnya bisa dibuat sesuai dengan pesanan penyandang dana,” tuturnya.
RIKY FERDIANTO
Berita lainnya:
Goenawan Mohamad: Media Tak Harus Netral
Pendukung Jokowi dan Prabowo Bentrok di Yogya
Anggun Kecam Dhani karena Pakai Seragam Mirip Nazi