TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana yang menyebutkan Indonesia bisa tumbuh menjadi negara maju pada 2030 ditanggapi dingin oleh kalangan ekonom. “Tidak hanya Indonesia saja yang tumbuh, tapi negara lain juga,” ujar ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika saat dihubungi, Rabu, 25 Juni 2014.
Hal tersebut sudah pernah dibahas oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) sebelumnya. ADB menyatakan pada 2030 dan 2050 terjadi pertumbuhan ekonomi di negara Asia secara signifikan. “Negara lain pasti tidak akan diam saja dan pasti melakukan yang terbaik untuk perbaikan ekonomi negaranya, sehingga komparasinya sama saja dengan tahun ini,” tutur Erani. (Baca: DPR Setujui APBN-P 2014)
Sebelumnya, Armida menyatakan Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2030. "Indonesia akan keluar dari middle income trap (pendapatan menengah) pada tahun 2030 apabila perekonomian tumbuh 6 hingga 8 persen per tahun," ujarnya dalam rapat kerja antara Badan Anggaran DPR dan pemerintah, Selasa, 24 Juni 2014.
Dia menjelaskan, jika rata-rata ekonomi tumbuh 6 persen per tahun, produk domestik bruto (PDB) menjadi sekitar Rp 102 juta. Sedangkan jika ekonomi tumbuh 10 persen, PDB bakal naik menjadi hampir Rp 200 juta. (Baca: Target Pertumbuhan Konsumsi Listrik Dipangkas)
Badan Pusat Statistik mecatat PDB Indonesia tahun 2013 sekitar Rp 36,5 juta atau tumbuh 9 persen dari tahun sebelumnya yang sekitar Rp 33,5 juta. Sedangkan tingkat kemiskinan pada 2014 mencapai 11,6 persen. Angka pengangguran per Februari 2014 tercatat 5,7 persen atau 7,15 juta jiwa, turun 500 ribu jiwa jika dibanding Februari tahun sebelumnya.
Lebih jauh, Erani mengungkapkan hal yang lebih penting bukanlah menggenjot pendapatan per kapita saja untuk mendapat predikat negara maju. Beberapa indikator yang lebih penting adalah menaikkan indeks pertumbuhan manusia, membuka akses dan menggunakan teknologi, serta menggenjot indeks kebahagiaan. (Baca: Target Penerimaan Perpajakan 2014 Direvisi)
Erani menyatakan, jika tak ada perbaikan signifikan yang menyeluruh terhadap perekonomian nasional, pada 2050 pendapatan Indonesia malah akan tertinggal oleh India. Saat ini pendapatan per kapita Indonesia masih lebih baik daripada India.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Aviliani, pernah menyatakan perekonomian Indonesia bisa masuk sepuluh besar dunia jika pertumbuhan stabil di atas 7 persen. Tapi ia mengingatkan, untuk menggapai pertumbuhan tersebut, diperlukan ketersediaan infrastruktur dan terbukanya lapangan pekerjaan.
Ia juga menambahkan, seharusnya perusahaan berorientasi pada ekspansi. "Jangan hanya berfokus kepada ekspor, tetapi ekspansi dan investasi di dalam negeri masih kurang," ujarnya beberapa waktu lalu.
AYU WANDARI
Berita terpopuler:
Bos Ditangkap, Saham Cipaganti Terbenam
Kembali Melemah, Rupiah Nyaris Tembus 12.000
Harga Kopi Starbucks Indonesia Naik 13 Persen
Produsen Bibit PT Sang Hyang Sri di Subang Sekarat