TEMPO.CO, Sleman - Saat suhu keamanan di Daerah Istimewa Yogyakarta memanas pada masa kampanye calon presiden, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia mengganti Kepala Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigadir Jenderal Haka Astana Mantika Widya. Penggantinya adalah Brigadir Jenderal Oerip Soebagyo.
"Pak Haka dapat promosi jabatan satu tingkat di atas," kata Kepala Bidang Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti, Jumat, 27 Juni 2014.
Menurut dia, penggantian ini tidak disebabkan oleh memanasnya situasi di Daerah Istimewa Yogyakarta akhir-akhir ini. Tapi memang ada 17 perwira di kepolisian yang dirotasi atau naik jabatan.
Telegram rahasia dari Markas Besar Kepolisian RI dengan nomor ST/1341/VI/2014 tertanggal Selasa, 25 Juni 2014, menerangkan penggantian ini. Setelah dicopot, Haka Astana diangkat sebagai Staf Ahli Manajemen Kapolri. Ia menggantikan Inspektur Jenderal Jody Rooseto.
Sedangkan Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta yang baru adalah Brigadir Jenderal Oerip Soebagyo, yang sebelumnnya menjabat Wakil Kepala Polda Sumatera Selatan. Ia menggantikan Haka yang menjabat Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 8 April 2013.
Anny menambahkan, mutasi di tubuh institusi kepolisian bukanlah hal yang tidak biasa. Untuk mengisi posisi yang lowong dan memberi kesempatan kepada polisi untuk menapaki jenjang karier, Kepolisian RI sering melakukan rotasi dan mutasi jabatan.
"Serah-terima (jabatan) akan dilakukan di Mabes Polri," kata Anny.
Jogja Police Watch menganggap penggantian Haka saat ini sangat tepat. Sebagai Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta, ia dinilai belum berhasil mengungkap kasus-kasus kejahatan dan tindak kekerasan berkedok agama yang sering terjadi.
"Kami berterima kasih ke Pak Kapolri karena sudah mengganti Pak Haka. Berarti suara kami dan masyarakat di Yogyakarta didengar," kata Kusno Utomo, Ketua Divisi Pengawasan dan Penyelidikan Jogja Police Wacth.
Banyak kasus kekerasan, tindak kriminalitas, dan pelanggaran hak asasi manusia di Yogyakarta yang belum terungkap. Bahkan pelaku teror bom molotov di Sleman dan Kota Yogyakarta belum diketahui. Demikian juga soal kekerasan berkedok agama. Penembakan-penembakan yang mengakibatkan korban jiwa pun masih menjadi misteri.
"Kami berharap Kapolda DIY yang baru lebih tegas dan bisa mengungkap aksi kejahatan yang telah terjadi. Juga bisa menjaga Yogyakarta menjadi daerah yang nyaman kembali," kata Kusno.
MUH. SYAIFULLAH