TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) harus siap dikritik atas kenaikan tarif tenaga listrik pada 2014. Selain berdampak langsung terhadap inflasi, kenaikan listrik dianggap terlalu tinggi pada waktu singkat. (Baca: Tarif Listrik 6 Golongan Pelanggan Naik per 1 Juli)
"PLN menaikkan tiba-tiba hingga 12 persen, dijamin ada yang demo," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo, saat Coffee Morning di kantor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jumat, 27 Juni 2014.
Menurut Sasmito, listrik merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil cukup besar dalam komponen pengeluaran masyarakat. Rata-rata masyarakat membayar listrik sebesar 2,9 persen dari total pengeluarannya. "Kalau kenaikan tiba-tiba ya PLN Harus siap-siap saja dikritik oleh pakar-pakar atau pengusaha di luar sana," ujarnya. (Baca: Ketua DPR: Tarif Listrik Harusnya Tak Naik)
Kenaikan listrik tentu juga berdampak langsung pada inflasi. Sasmito, jika suatu komoditas memberi andil hingga 0,15 persen dalam satu hingga tiga bulan, pemerintah perlu intervensi. Sebab, dampaknya bisa ke pertumbuhan ekonomi, uang beredar, anggaran negara, dan tingkat kemiskinan.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik memastikan kenaikan kembali tarif listrik akan diberlakukan mulai 1 Juli 2014 mendatang. Kenaikan listrik rencananya akan diterapkan untuk golongan rumah tangga berdaya 1.300, 2.200, 3.500, hingga 5.000 VA. Golongan tersebut masing-masing akan dikenakan kenaikan rata-rata sebesar 11,36 persen, 10,43 persen, dan 5,7 persen setiap dua bulan. (Baca: Industri Perlambat Pertumbuhan Konsumsi Listrik)
Selain itu, kenaikan tarif listrik akan dikenakan bagi industri I-3 non-go public sebesar rata-rata 11,57 persen setiap dua bulan. Diperkirakan, penghematan dari golongan ini mencapai Rp 4,78 triliun. Sementara, untuk kantor pemerintahan (P-2) dengan daya di atas 200 kVA dinaikkan bertahap rata-rata 5,36 persen setiap dua bulan. Penghematan dari golongan ini diperkirakan mencapai Rp 100 miliar.
AYU PRIMA SANDI
Berita terpopuler:
Enam Pengusaha RI Masuk Daftar 48 Dermawan Asia
Begini Kemasan Rokok Inggris dan Australia
Penjualan Indosat, Fuad Bawazier: Megawati Keliru
Bali Towerindo Akan Tambah 80 Tower di Bali