TEMPO.CO, Tangerang - Direktur utama PT Angkasa Pura II Tri S. Sunoko mengatakan sudah saatnya pengembangan bandara di Indonesia mengarah ke level yang lebih tinggi. Konsep aerotropolis, menurut Tri, dianggap sebagai solusi jitu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan.
Dengan konsep aerotropolis, suatu bandara akan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam pagar atau di luar pagar, seperti perkantoran, area komersial, area hiburan, layanan kesehatan berkelas, hingga dunia akademis dan berbagai industri.
"Bandara bukan hanya sekadar tempat masyarakat bepergian atau tiba dengan pesawat. Namun, lebih dari itu juga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di suatu kawasan," kata Tri, Jumat, 27 Juni 2014. (Baca: Bandara Dituntut Jadi Pemicu Perekonomian Daerah)
Tri mengakui penerapan aerotropolis ini bukan pengembangan yang biasa dilakukan PT Angkasa Pura II. Namun, perusahaan pelat merah ini siap untuk fokus mengerahkan energi dan waktu untuk itu.
"Aplikasi aerotropolis juga harus mendapat dukungan berupa payung hukum," ujar Tri.
PT Angkasa Pura II saat ini sedang menyiapkan penerapan konsep aerotropolis di Bandara Internasional Kualanamu yang terletak di Deli Serdang, Sumatra Utara. (baca:Indonesia Perlu Kota Aerotropolis)
Bandara berkode KNO itu saat ini dinilai paling tepat untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan aerotropolis karena masih memiliki lahan luas untuk pembangunan. Ditambah lagi lokasinya yang strategis karena dekat dengan negara-negara Asia lainnya dan juga dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Penerapan konsep aerotropolis di bandara itu akan melalui tiga tahapan proses persiapan, yakni rencana pengembangan infrastruktur dan fasilitas, rencana bisnis, dan acuan implementasi untuk kesuksesan pengembangan tersebut.
Bandara Internasional Kualanamu pada tahap I pembangunan memiliki luas 1.365 ha dengan runway berukuran 3.750 x 60 m dan parallel taxiway berukuran 3.750 x 30 m dan 2.000 x 30 m. Sementara itu, luas apron mencapai 200.000 m2 dan luas terminal 118.930 m2 dengan kapasitas 8 juta penumpang per tahun. Telah dibangun juga kawasan pergudangan kargo seluas 13.000 m2 dan area parkir kendaraan seluas 50.820 m2.
John D. Kasarda, profesor dari The University of North Carolina dan Kenan Institute of Private Enterprise yang juga pencetus konsep aerotropolis, dalam kesempatan yang sama menuturkan bahwa Kualanamu bisa dikembangkan menjadi kawasan aerotropolis seperti halnya Schipol International Airport di Amsterdam, Incheon Internasional Airport di Korea Selatan, dan beberapa bandara lainnya.
AYU CIPTA
Berita Lain
Roy Suryo Buka-bukaan Soal Ahok
Jurnalis Allan Ungkap Pembunuhan Aktivis Aceh
Trans TV Patuhi Sanksi Penghentian Tayangan YKS