TEMPO.CO , Jakarta-Pemerintah Kabupaten Malang menutup sementara tujuh lokasi prostitusi selama bulan Ramadan dan tidak menutup kemungkinan untuk ditutup selamanya.
Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan, penutupan sementara lokalisasi prostitusi merupakan kewajiban rutin dan para wanita pekerja seks (WPS) dipulangkan ke tempat asal mereka untuk menghormati bulan suci Ramadan sekaligus memberi kesempatan pada mereka untuk merayakan Idul Fitri.
"Berdasarkan laporan petugas kami, mereka sudah berpulangan sejak Rabu kemarin. Mucikarinya juga ikut pulang ke kampung halaman masing-masing," kata Rendra, Sabtu, 28 Juni 2014.
Pemerintah daerah setempat akan menggiatkan razia ke tujuh lokasi prostitusi. Sanksi hukum bakal diberikan kepada pengelola lokalisasi yang masih beroperasi. "Tidak menutup kemungkinan setelah lebaran nanti kami menutup total semua lokalisasi, tapi caranya harus bertahap dan harus dimulai dengan upaya-upaya persuasif," ujar Rendra.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang Sri Wahyuni Pudji Lestari menambahkan, tujuh lokasi prostitusi itu dihuni 93 mucikari dan 347 WPS. Para WPS tersebar di lokalisasi Girun, Gondanglegi (86 orang); lokalisasi Suko di Kecamatan Sumberpucung (112 orang); lokalisasi Kebobang di Kecamatan Wonosari (52 orang); lokalisasi Slorok di Kecamatan Kromengan (52 orang); lokalisasi Pulau Bidadari di Kecamatan Sumbermanjing Wetan (15 orang); lokalisasi Embong Miring di Kecamatan Ngantang (15 orang), serta lokalisasi Kalikudu di Kecamatan Pujon (15 orang).
Penutupan lokasi prostitusi dilakukan berdasarkan peraturan Bupati Malang tentang lokalisi prostitusi dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur tanggal 20 Oktober 2011 tentang penanganan lokalisasi dan wanita tuna susila. (Baca: Ramadhan, Lokalisasi Saritem Tutup Selama 40 Hari)
ABDI PURMONO
Berita Lain
Lapan: Mulai Tahun 2015, Awal Puasa Selalu Sama
Bens Leo Anggap Timses Prabowo Tidak Solid
Ini Bentuk Hidung Ideal untuk Wanita