TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky Sibarani menyatakan maraknya impor ilegal pakaian menggerus pertumbuhan industri tekstil lokal. "Impor ilegal ini berarti mengambil pasar yang semula dikuasai pasar tekstil lokal," ujar Franky, Senin, 30 Juni 2014.
Menurut dia, industri tekstil hilir adalah yang paling merasakan dampak impor pakaian ilegal. Sebagian besar pakaian impor ilegal itu berasal dari Cina dan Korea Selatan. Karena itu, ia meminta pemerintah melakukan pengawasan ketat di berbagai pintu masuk barang impor. Ia juga menginginkan inspeksi mendadak untuk pakaian jadi impor.
"Jangan hanya makanan saja yang disidak saat Ramadan, tapi juga produk-produk lainnya," tuturnya. Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengujarkan, saat Ramadan, impor pakaian jadi ilegal meningkat hingga seratus persen. Hal ini disebabkan oleh celah yang terbuka lebar bagi importir nakal karena pengawasan saat Ramadan yang menurun. (Baca juga: Pengunjung Harapkan Enam Kali Midnight Sale Setahun).
INDRI MAULIDAR
Berita Lain
Polisi Periksa Saksi Teror di Rumah Kader Demokrat
Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa
Divonis, Corporate Secretary KAI Yogyakarta Ogah Banding