TEMPO.CO, Kiev - Presiden Ukraina Petro Poroshenko bersumpah bahwa dia akan melakukan operasi militer melawan pemberontak pro-Rusia. Hal tersebut disampaikan beberapa jam setelah masa gencatan senjata dengan kelompok sparatis di timur negara berakhir.
"Kami akan menyerang dan membebaskan wilayah kami. Keputusan untuk tidak melanjutkan gencatan senjata adalah jawaban kami terhadap kaum teroris, militan, dan perampok," ucap Poroshenko di situs pribadinya, Selasa, 1 Juli 2014.
Masa gencatan senjata antara kelompok sparatis pro-Rusia dengan pasukan pemerintah Ukraina berakhir sejak Senin malam waktu setempat, 30 Juni 2014. Ide dari gencatan senjata ini adalah agar supaya para pemberontak bersedia melucuti senjata dan memulai proses perdamaian yang diperluas termasuk pemberian amnesti dan penyelengaraan pemilu.
Kiev menuduh para pemberontak melakukan sejumlah kekerasan di masa gencatan senjata. Dalam kicauannya di akun Twitter Menteri Luar Negeri Kuraina mengatakan sebanyak 27 anggota militer Ukraina telah tewas sejak gencatan senjata dimulai pada 20 Juni 2014.
"Rencana perdamaian ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya," kata Poroshenko dalam sebuah pidato tertulis seperti dikutip kantor berita Associated Press. "Ini terjadi akibat aksi jahat kaum pejuang."
Poroshenko yang terpilih menjadi Presiden Ukraina yang baru sebelumnya telah siap memperpanjang masa gencatan senjata dengan pemberontak dari rencana semula tujuh hari guna mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 400 orang sejak April 2014. Namun gencatan senjata itu, kini, tak berlaku lagi.
AL JAZEERA | CHOIRUL