TEMPO.CO, Jakarta - Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL) atau yang juga dikenal sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) memang telah lama ingin membentuk pemerintahan Islam di kawasan tersebut. ISIL tumbuh dari kelompok jihad Al-Qaeda pada April 2013, meski dalam perkembangannya, Al-Qaeda membantah kelompok ini sebagai bagian darinya.
Mengutip laporan BBC, organisasi ini kini dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi. Pria kelahiran Samarra, sebelah utara Bagdad, pada 1971 ini pernah bergabung dengan pemberontakan yang meletus di Irak setelah invasi 2003 pimpinan AS. Dan pada 2010, ia muncul sebagai pimpinan Al-Qaeda di Irak yang kemudian menjelma menjadi ISIL. (Baca: ISIL Mendeklarasikan Negara Islam)
Bagdadi dianggap sebagai komandan medan perang yang memiliki analisis dan taktik yang hebat sehingga membuat ISIL lebih menarik dibandingkan Al-Qaeda pimpinan teolog Islam Ayman al-Zawahiri, bagi para jihadis muda.
Tidak seperti kelompok pemberontak lain di Suriah, ISIL terlihat berjuang untuk menciptakan sebuah negara Islam di sepanjang Irak dan Suriah. Telah terlihat sejumlah keberhasilan militer yang cukup besar.
Pada bulan Maret 2013, Kota Raqqa menjadi ibu kota provinsi pertama yang jatuh di bawah kendali mereka. Selanjutnya, pada Januari 2014, ISIL berhasil menguasai Kota Fallujah, di Provinsi Anbar, yang didominasi oleh kaum Sunni.
Tak sampai di situ, mereka juga berhasil menguasai sebagian besar Ramadi dan muncul di sejumlah kota yang berdekatan dengan perbatasan Turki dan Suriah.
Keberhasilan besar diraih saat mereka menaklukkan Kota Mosul pada Juni lalu yang mengirimkan gelombang kejut ke seluruh dunia. AS bahkan menyebut jatuhnya Mosul sebagai ancaman bagi seluruh wilayah Irak, sebab dengan menguasai Mosul, ISIL memiliki kekayaan yang cukup besar. (Baca: AS Telah Kirimkan 800 Tentara untuk Lawan ISIL)
ANINGTIAS JATMIKA | BBC
Berita lainnya:
Bright Eyes, Kisah Anak Indonesia di Sekolah AS
Kerabat Lucky Hakim Dukung Jokowi karena Medok
Ormas Islam Klaim Prabowo Panglima Perang