TEMPO.COil Semarang -- Pengelola masjid Masjid tua di Kota Semarang membagikan menu buka puasa secara gratis ke jamaah. Di masjid Agung Semarang yang usianya tak kalah tua membagikan air Zam-zam secara cuma-cuma selama Ramadhan. Air dari sumber mata air di arab itu sebagai salah satu menu utama selain takjil, yang dibagikan kepada jamaah saat berbuka puasa.
"Sebagai pasangannya, air zamzam selalu dipadu dengan tiga butir kurma yang dibungkus plastik kecil," kata Sekretaris Takmir Masjid Agung Semarang, Muhaimin, Senin 30 juni 2014.
Ia mengatakan, setiap memasuki buka puasa pengelola masjid membagikan takjil kepada lebih dari 400 orang. "Bahkan jika hari libur jumlahnya bisa berlipat ganda," kata Muhaimin.
Selain air zamzam dan kurma, pengelola Masjid Agung juga membagi sejumlah menu lain seperti kolak dan aneka es buah. Menu itu tergantung sikap para penyandang dana, yakni para pemberi bantuan, sekumpulan dermawan pembeli makanan buka puasa.
Saat memasuki bulan Ramadhan seperti saat ini, masjid Agung Kauman Semarang tak akan kekurangan takjil atau makanan pembuka puasa. Menurut Muhaimin, makanan itu selalu ada karena disediakan oleh para dermawan sekitar masjid. "Makanan pembuka puasa itu sering berlebih, hingga kami bagikan ke warga sekitar masjid," katanya.
Muhaimin menjamin air zamzam yang dibagikan itu asli, karena para dermawan yang membagikan rata-rata pengusaha terpercaya yang selama ini punya ketaatan ibadah. Bukti lain keaslian air zamzam itu dikirim dari biro perjalanan yang biasa mengirim umroh dan haji ke Mekkah. Kebiasaan bagi makanan saat jelang buka puasa itu berlangsung di masjid Jami Pekojan, kampung Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, yang membagikan menu buka puasa selama bulan Ramadhan.
"Namun menu kami lain, kami membagikan buka bubur India," kata Ahmad Ali, seorang juru masak masjid Jami Pekojan kampung Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah.
Ali bersama 10 orang anggota takmir sibuk membagikan bubur khas India itu ke sejumlah warga mau pun pengunjung yang sedang menunggu buka puasa di masjid tua itu. Menurut dia, kegiatan yang dilakukan setiap bulan Ramadan itu sudah terjadi sejak 350 tahun silam. "Kebiasaan makan bubur Pekojan yang awalnya disebut bubur India itu berawal dari kebiasaan para saudagar asal india saat berbuka puasa di masjid ini," kata Ali.
Ia menjelaskan, kebiasaan bagi bubur saat buka puasa itu berawalnya dari beberapa pengusaha asal India yang berjualan di Pasar Johar. Mereka membawa bungkusan untuk dibagikan bersama jamaah lain yang kemudian menjadi kebiasaan hingga sekarang.
Kebiasaan membagi makanan saat berbuka itu diorganisir oleh kekuatan pedagang asal Gujarat yang telah menetap maupun singgah di Semarang. Hal ini mendorong terkumpul anggaran khusus buka bersama secara gratis untuk memasak bubur di masjid tersebut. Para saudagar itu mengumpulkan biaya lewat iuran untuk berbagi dalam berbuka puasa di masjid.
"Hingga terjadi saat sekarang," kata Ali yang mengaku sebagai keturunan ketiga tamir masjid yang selalu bubur setiap bulan Ramadan itu. (Baca: Rendang Diperkenalkan di Cina)
EDI FAISOL
Berita Lainnya:
Bright Eyes, Kisah Anak Indonesia di Sekolah AS
Kerabat Lucky Hakim Dukung Jokowi karena Medok
Ormas Islam Klaim Prabowo Panglima Perang