TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Adhitya Herwin Dwi Putra menganggap aksi dukungan kepada pasangan Pabowo Subianto-Hatta Rajasa di Bundaran UGM mendompleng nama besar kampus. Acara ini seakan-akan menyebut mahasiswa UGM mendukung calon presiden poros Gerindra itu.
"Citra civitas akademika tercoreng karena yang dipakai deklarasi adalah lingkungan UGM," kata Adhitnya. "Padahal BEM tak turut kegiatan mendukung Prabowo tersebut." Ia menilai sebagai institusi pendidikan, harusnya UGM steril dari segala bentuk politisasi. Begitu pula dengan kubu Prabowo-Hatta tidak memanfaatkan sarana pendidikan untuk kampanye.
Aksi itu berlangsung Senin, 30 Juni siang. Dilakukan oleh sekitar 20-an mahasiswa. Mereka di Bunderan UGM membagikan stiker, pin, dan tabloid Gema Indonesia Raya. Di penghujung aksi, mereka yang menamakan dirinya Koalisi Mahasiswa Yogyakarta memperagakan mencoblos calon presiden nomor urut satu. (Baca: Pelanggaran Kampanye Kubu Prabowo)
Kepala Departemen Bidang Eksternal BEM KM UGM Wilson Mario Hutagalung mengatakan ada pihak yang mendompleng kampusnya untuk mendukung Prabowo. "Koordinator aksinya merupakan bekas Presiden BEM," kata dia saat dihubungi Tempo.
Ia mengaku lembaganya kini disorot masyarakat lantaran dianggap tak mempunyai independensi mahasiswa. "Padahal yang deklarasi itu anak KAMMI," kata dia. KAMMI adalah kepanjangan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang kerap diidentikkan sebagai underbouw Partai Keadilan Sejahtera.
Koordinator aksi Koalisi Mahasiswa Yogyakarta Yanuar Rizky Pahlevi membenarkan dirinya merupakan kader KAMMI. Ia juga mengaku kalau dirinya adalah bekas presiden BEM KM UGM. "Tapi kami aksi di tempat publik, bukan di UGM," kata dia.
Ia bersama rekan KAMMI dari berbagai kampus di Yogyakarta, seperti Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga menilai Prabowo sebagai calon presiden yang tepat. "Kajian internal kami, Prabowo ini orang yang menguasai permasalahan negara dan tegas," kata dia.
Sekitar 50 meter dari Bunderan UGM, terdapat tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla yang sedang diskusi di Wisma Keluarga Mahasiswa Gadjah Mada. "Hampir saja bentrok karena sudah ada cek-cek mulut di kedua belah pihak," kata Wilson.
Namun Yanuar menampik. "Hanya salah paham kecil," kata dia. Yang pasti, kata dia, Tim Sukses Jokowi meneriaki mereka dengan kata, "tolak presiden penculik," kata dia. Tapi ia mengaku koalisinya tak terpancing.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Terpopuler
Politikus Ini Masih Sakit Hati kepada Demokrat
Buruh Prabowo Tagih Tunggakan 6 Bulan Gaji
Gunung Sinabung Meletus, Tidak Ada Korban Jiwa
Manusia Takut Pada Sesuatu yang Mendekat