TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Nahdlatul Ulama Slamet Effendi Yusuf mengaku tidak tahu mengenai klaim organisasinya ikut-ikutan mendukung Prabowo Subianto sebagai panglima perang umat Islam. Setelah dikonfirmasi kepada beberapa rekannya, Slamet memastikan informasi NU bagian dari ormas yang menjadikan Prabowo sebagai panglima perang tak benar. "Itu kerjaan orang iseng," kata Slamet saat dihubungi, Selasa, 1 Juli 2014.
Klaim Prabowo sebagai panglima perang kaum muslimin dilakukan oleh gabungan organisasi kemasyarakatan di Yogyakarta. Selain NU, ormas Muhammadiyah juga dimasukkan sebagai pemberi predikat panglima perang ke Prabowo. Ormas lainnya yaitu Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK), MMI, Laskar Jihad, dan Hisbullah.
Baca Juga:
"Sebutan itu adalah hasil komunikasi kami antar-ormas. Kami memfigurkan Prabowo sebagai panglima perang muslimin," kata Ketua GPK Kota Yogyakarta Denny Yusuf kepada Tempo. (Baca: NU Disebut Ikut Jadikan Prabowo Panglima Perang)
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Nusron Wahid mengatakan organisasi ulama itu tak suka dengan hal-hal yang berbau kekerasan. "NU enggak bakal ikut yang begituan," ujarnya. “Terutama NU di Yogya, orangnya kalem-kalem.”
Jika benar ada simbol NU yang dipakai untuk mendukung pengangkatan Prabowo sebagai panglima perang, Nusron mengatakan itu hanya klaim. "Mainan gaya lama," katanya. "Kalau pun ada, paling-paling ada yang nyolong bendera NU," ujarnya.
Adapun Prabowo dikabarkan akan ke Yogyakarta dan menemui Sultan Hamengku Buwono X. Ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta Yogyakarta, Herry Zudianto, menyatakan tidak tahu-menahu soal agenda pertemuan tersebut. "Soal pertemuan dengan Sultan sudah direncanakan lama. Tapi waktunya belum ada. Kebetulan hari ini mau ke Banyumas dan Purwokerto, jadi mampir ke Yogya," tutur Herry saat dihubungi Tempo, Selasa, 1 Juli.
Dalam sebuah pesan berantai yang disebar tim suksesnya, Prabowo bakal disambut berbagai ormas Islam. "Saat ini Prabowo adalah panglima perang dari kaum muslimin," tulis pesan itu. Prabowo disebut merupakan satu-satunya harapan untuk menghadang munculnya kaum komunis dan sekuler.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita Lainnya:
Bright Eyes, Kisah Anak Indonesia di Sekolah AS
Kerabat Lucky Hakim Dukung Jokowi karena Medok
Ormas Islam Klaim Prabowo Panglima Perang