TEMPO.CO, Jakarta - Tim advokasi pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla menganggap Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah sudah melukai seluruh hati santri. Musababnya, adanya komentar pedas Fahri yang menganggap 1 Muharram sebagai Hari Santri sebagai pemikiran sinting.
Ketua Tim Advokasi Mixil Munir mengatakan, santri memiliki budaya di tingkatan lokal dalam merayakan tahun baru Hijriah itu. "Ada jutaan santri yang kecewa dengan pernyataan Fahri," kata Munir di kantor Badan Pengawas Pemilu, Rabu 2 Juli 2014. Ia mengklaim total ada 3,7 juta santri di Indonesia. (Baca: Ejek Jokowi, Fahri Hamzah Bakal Dipanggil Bawaslu)
Sebelumnya, Fahri Hamzah lewat jaringan media sosial, Twitter, melemparkan cuitan pada 27 Juni 2014 sekitar pukul 10.40 WIB lewat akunnya, @fahrihamzah. Bunyi cuiatannya, "Jokowi janji 1 Muharram hari Santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!" kicau Fahri.
Kicauan Fahri itu menanggapi janji Jokowi atas tuntutan santri di Pondok Pesantren Babussalam, Banjarejo, Malang, Jawa Timur. Para santri ingin menjadikan 1 Muharram sebagai hari santri nasional. Munir menganggap Fahri lupa sejarah. Arti 'Sinting' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang tidak beres pikirannya. (Baca: Dalih Fahri Hamzah Mengejek Jokowi 'Sinting')
Menurut Mixil, Hari Santri bertujuan membentuk karakter dan kepribadian warga pesantren. Setiap 1 Muharram, kata dia, antar pesantren di daerah biasanya adu kompetisi dalam bentuk kesenian dan olahraga. "Jadi ide Hari Santri ini bukan mengada-ada," kata alumni Pondok Pesantren Ilmu Al-Quran Malang, Jawa Timur itu.
Ada pun Fahri mengaku bahwa menghina orang bukan karakternya. Menurut Fahri, ia mengkritik janji yang selalu diumbar Jokowi, bukan menghina orangnya. Konten dalam akun @Fahrihamzah, menurutnya, tidak ada kaitan dengan penghinaan. "Setelah titik, saya bilang sinting, jadi saya mengkritik janjinya," ujar Fahri. (Baca pula: Jokowi Terganggu Ejekan 'Sinting' Fahri Hamzah)
MUHAMMAD MUHYIDDIN