TEMPO.CO, Washington - Ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies tawon baru yang ditemukan di Cina tenggara. Laporan yang dimuat dalam jurnal Plos One, 2 Juli 2014, menyebut spesies itu punya perilaku unik. Mereka membangun sarang untuk para tawon muda dengan menumpuk semut-semut mati.
Tawon-tawon betina tidak memburu semut untuk dijadikan makanan. Mereka menggunakan bangkai-bangkai semut yang dibunuhnya untuk membangun sarang sekaligus melindungi dari ancaman. "Kebanyakan dari spesimen semut yang ditumpuk berasal dari spesies dengan sengat mematikan, sehingga tawon betina berisiko terluka atau terbunuh," kata Michael Staab, ahli biologi dari Universität Freiburg, Jerman, yang meneliti tawon itu.
Apa yang dilakukan tawon itu mirip dengan yang dikerjakan suku Aztec dan peradaban Mesoamerika lain yang membangun tumpukan dari tengkorak korban ritual mereka untuk menimbulkan rasa takut. "Konsepnya sama dengan rak tengkorak itu, bukan secara visual, tapi dari aroma. Sarang dari bangkai semut itu mengeluarkan aroma koloni semut ganas sehingga dijauhi oleh musuh alaminya," ujar Staab.
Sesuai dengan kelakuannya, spesies tawon itu dinamai Deuteragenia ossarium alias pembangun rumah dari tulang. "Temuan kami menunjukkan contoh strategi menakjubkan tentang perlindungan terhadap keturunan yang berkembang di dunia hewan, terutama serangga," tuturnya.
Tawon ini ditemukan di hutan subtropis Cina berwarna hitam dengan bintik cokelat di sayapnya. Tawon betina memiliki panjang sekitar 15 milimeter. Sedangkan ukuran tubuh pejantan lebih kecil dengan bintik putih di bagian wajah.
Tawon dewasa mengkonsumsi serbuk sari dan nektar. Namun tawon betina berburu laba-laba dengan ukuran tubuh yang lebih besar sebagai makanan untuk anak-anak mereka. Tawon itu menggunakan sengatnya untuk melumpuhkan mangsa lalu membawanya ke sarang.
Sarang tawon itu berupa lubang di atas vegetasi hutan yang di dalamnya terdapat beberapa ruang individu. Ruangan itu menjadi tempat meletakkan telur dilengkapi dengan laba-laba yang sudah lumpuh sebagai makanan saat larva tawon menetas.
Michael Ohl, ahli biologi dari Museum für Naturkunde, Berlin, mengatakan belum menemukan perilaku serupa pada hewan lain ketika bangkai spesies berbeda digunakan untuk melindungi sarang dan keturunannya.
REUTERS | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita Terpopuler:
Emojli, Media Sosial Khusus Emoji
Pemerintah Ogah Layani Gugatan Newmont
Jokowi-JK Banjir Dukungan Lewat Lagu
Diskriminasi, Muslim di Xinjiang Dilarang Berpuasa