TEMPO.CO, Mandalay - Dua orang dilaporkan tewas menyusul bentrok berdarah yang melibatkan umat muslim dan Buddha di kota terbesar Myanmar, Kota Mandalay.
"Dua orang mati," kata seorang pejabat kepolisian yang tak bersedia disebutkan namanya kepada kantor berita AFP melalui percakapan telepon, Kamis, 3 Juli 2014, tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Laporan kematian dua orang itu datang sehari setelah lima orang luka-luka akibat bentrokan berbau sektarian. "Satu orang polisi, tiga umat Buddha, dan satu warga muslim cedera akibat lemparan batu pada insiden tersebut," kata pejabat Kepolisian Mandalay dalam sebuah pernyataan yang disampaikan pada Selasa, 1 Juli 2014, dinihari waktu setempat.
Dia melanjutkan, "Dua dari tiga umat Buddha yang cedera mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Mandalay. Sisanya melakukan rawat jalan," ujarnya.
Seorang saksi mata yang tinggal di kawasan yang dihuni masyoritas muslim mengatakan, kerumunan umat Buddha berkumpul pada Selasa, 1 Juli 2014, dinihari waktu setempat, setelah muncul rumor merebak di kalangan umat Buddha yang menyebutkan bahwa seorang muslim pemilik kedai kopi telah memperkosa perempuan Buddha.
Untuk mencegah kerusuhan, kendati tidak ada bukti bahwa telah terjadi pemerkosaan, polisi membuat pagar betis untuk memisahkan antara dua kelompok dan mencoba mengusir umat Buddha. "Pada akhirnya polisi dan kerumunan massa itu saling lempar batu. Salah seorang polisi terkena lemparan menyebabkan cedera," kata saksi mata tanpa menyebutkan identitasnya.
Dia mengatakan massa umat Buddha selanjutnya menyerang sejumlah toko dan membakar kendaraan sebelum polisi menanganinya. Namun, pada pukul 06.00 pagi waktu setempat umat Buddha berteriak-teriak di sekitar tempat tinggal umat muslim. "Polisi juga menembakkan peluru karet ke arah massa yang beringas di jalanan."
Seorang jurnalis lokal mengatakan kepada Al Jazeera, sejumlah kedai dan toko umat muslim hancur dan beberapa orang cedera akibat diserang dengan belati. "Pasar utama di kota tersebut terpaksa ditutup pada Rabu, 2 Juli 2014," ucapnya.
Myanmar dilanda kerusuhan berbau SARA antara komunitas Islam dengan Buddha sejak Juni 2012. Dalam kerusuhan tersebut lebih dari 200 orang tewas dan setidaknya 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Hampir seluruh korban kerusuhan tersebut adalah umat muslim.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita Lainnya:
Aurel Hermansyah Makin Cantik dengan Wajah Tirus
Buya Syafii Ngeri Lihat Kampanye Hitam ke Jokowi
Ahok Ditolak Masuk ke Masjid di Jakarta