TEMPO.CO, Semarang - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyatakan tidak pernah memerintahkan penggunaan kekerasan dan penyerangan dalam menghadapi pemilu presiden 2014. Pernyataan Mega ini menanggapi kabar bahwa ada simpatisan PDI Perjuangan yang berunjuk rasa di kantor stasiun televisi swasta TVOne pada Rabu, 2 Juli 2014.
“Selama menjadi Ketua Umum (PDIP) saya tak pernah menginstruksikan penyerangan. Bahkan pada Peristiwa 27 (Juli 1996) kami yang diserang,” kata Mega di Semarang, Kamis, 3 Juli 2014.
Mega meminta agar media massa menjadi alat pendidikan bagi masyarakat. Media jangan menjadi alat untuk melakukan provokasi. “Kalau menyajikan berita, media harus melakukan investigasi,” kata Mega.
Bekas Presiden RI ini mengaku menunggu sikap pemerintah Indonesia untuk bertanggung jawab menjamin kenyamanan dalam pelaksanaan pemilu presiden 2014. Sebab, kata Mega, saat ini praktek politik menjelang pemilu sudah luar biasa tidak terkendali dalam kaitan dengan maraknya kampanye gelap dan propaganda hitam.
“Kampanye hitam ini tidak person by person. Sangat jelas datangnya dari organisasi sebagai alat kekuasaan,” ujar Megawati.
Mega menyatakan seharusnya pemerintah dan aparat penegak hukum bersikap tegas menindak para pelaku kampanye hitam. Mega menekankan pentingnya penegakan hukum oleh kepolisian.
Mega menyoroti pembiaran kasus Obor Rakyat, yang berisi fitnah-fitnah keji. “Ada Obor Rakyat, tapi polisi tidak mengambil (tindakan tegas). Padahal bukti pelanggarannya sangat jelas,” ujarnya.
ROFIUDDIN
Berita Lainnya:
Buya Syafii Ngeri Lihat Kampanye Hitam ke Jokowi
Ahok Ditolak Masuk ke Masjid di Jakarta
Menteri Hidayat Usul Pajak Tas Hermes Dihapus
Diskriminasi, Muslim di Xinjiang Dilarang Berpuasa
Pemerintah Ogah Layani Gugatan Newmont