Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

TBC Jadi Penyakit Mematikan Setelah AIDS  

Editor

Rosalina ocha

image-gnews
AP GRAPHIC
AP GRAPHIC
Iklan

TEMPO.CO, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak lebih dari 30 negara, termasuk negara-negara maju, untuk mengenali bahaya lanjutan dari penyakit tuberkulosis dan diminta bersama memberantasnya pada 2050. (Baca: Jagalah Jarak Dengan Penderita TBC)

Meskipun tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang bisa dicegah dan disembuhkan, WHO merilis masih ada 155 ribu orang terinfeksi setiap tahunnya di 33 negara berkembang. Sebanyak 10 ribu orang di antaranya meninggal dunia.

Jumlah kasus TBC yang tercatat pada setiap tahun di beberapa negara, mulai Australia ke Prancis dan Jerman, lalu Selandia Baru ke Amerika Serikat, diperkirakan berjumlah seratus kasus per juta penduduk. WHO menggarisbawahi jutaan orang masih tak sadar telah terinfeksi bakteri basil tuberkulosis, yang dapat ditularkan melalui bersin.

"Jika Anda berbincang dengan masyarakat umum dari negara-negara ini, (mereka pikir) itu adalah penyakit masa lalu yang kini sudah tidak ada lagi," kata Marco Raviglione, Kepala Program Anti-Tuberkulosis WHO, seperti dilansir Asiaone, Jumat, 4 Juli 2014.

Menurut WHO, TBC menjangkiti 1,3 juta jiwa di seluruh dunia pada tahun lalu dan membuat TBC menjadi penyakit mematikan setelah AIDS, yang disebabkan oleh agen infeksi tunggal. (Baca: Menghadang Tebaran Kuman TBC yang Kian Mengancam)

Sebanyak 33 negara telah berhasil memerangi TBC karena relatif memiliki tingkat penderita tuberkulosis yang rendah bila dibandingkan dengan Cina, India, negara-negara Eropa Timur, dan Asia Tengah.

"Kami menghitung ada 33 negara yang berhasil mengendalikan TBC dengan jumlah kasus yang rendah dan memungkinkan mereka memberantas penyakit itu. Negara-negara itu harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa melakukannya," kata Raviglione kepada wartawan.

Masyarakat yang rentan terhadap penyakit ini adalah mereka yang berada di dalam penjara dan orang-orang dengan kekebalan tubuh yang rendah, termasuk penderita HIV, penderita kurang gizi, penderita diabetes, perokok, dan pecandu alkohol. Semua memiliki risiko tinggi terkena TB. Kekhawatiran utama WHO, mereka yang rentan terkena TBC adalah orang-orang yang kesulitan mendapat akses pelayanan kesehatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Raviglione mengatakan adanya "keputusan berani" dari para pemimpin negara bisa menekan jumlah kasus penderita TB pada 2035, dari angka seratus kasus per juta per tahun menjadi sepuluh kasus per juta per tahun. "Karena itu, pada 2050, kita bisa benar-benar menghapus penyakit tuberkulosis, yang berarti kurang dari satu kasus per juta orang setiap tahun," katanya.

ASIAONE | ROSALINA

Terpopuler
#AkhirnyaMilihJokowi Jadi Trending Topic Dunia 
Mega Soal Rustri ke Prabowo: Apa yang Kau Cari? 
Bintang Persib Tertipu Cewek Fiktif Rp 3,5 Miliar
ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

1 hari lalu

Warga saat melakukan pemeriksaan Rontgen Thorax saat skrining tuberkulosis di Gelanggang Olahraga Otista, Jakarta, Kamis, 9 Februari 2023. Untuk mengurangi penularan Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Puskesmas Kecamatan Jatinegara melangsungkan kegiatan skrining tuberkulosis kepada 65 orang yang meliputi Pemeriksaan Rontgen Thorax, TCM (Test Cepat Molekuler) atau Pemeriksaan Dahak, serta TST (Tuberkulin Skin Test) atau Test Mantoux. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
USAID Bantu Berikan Terapi Pencegahan TBC di Indonesia

USAID memberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) kepada 145.070 orang di Indonesia, untuk mempercepat akses pengobatan preventif melawan TBC


Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

2 hari lalu

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.


Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

3 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Saran agar Penderita TBC Tak Menulari Rekan Kerja

Penderita TBC perlu bersikap disiplin agar tak menulari rekan kerja, seperti memakai masker dan ruangan kerja berventilasi baik.


Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

4 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Stigmatisasi Penderita TBC Berdampak pada Kesehatan Mental

Penderita TBC rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena kerap dikucilkan dari lingkungan sehingga butuh sistem pendukung.


24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

5 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
24 Maret Hari TBC Sedunia, Ini Sosok Ilmuwan Penemu Bakteri TBC

Ilmuwan Robert Koch adalah sosok yang berperan kunci dalam penemuan bakteri penyebab tuberkulosis alias TBC yang tak terpisahkan dari Hari TBC Sedunia


Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

5 hari lalu

Ilustrasi kuman tuberculosis atau TBC (pixabay.com)
Kilas Balik Penemuan Kuman Tuberculosis Alias TBC oleh Robert Koch

Bakteri penyebab TBC pertama kali ditemukan oleh Robert Koch. Pada saat itu, TBC membunuh satu dari setiap tujuh orang yang tinggal di Amerika Serikat dan Eropa.


Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

8 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Kredit: Antaranews
Robot AI Buatan Google dan Perusahaan India Mampu Deteksi Kanker hingga TBC

Google dan sebuah perusahaan India mengembangkan robot berbasis AI yang bisa mendeteksi penyakit dalam. Terobosan di bidang radiologi.


Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

14 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Tak Nafsu Makan dan Lelah, Hati-hati Gejala TBC

Pada 2022, sebanyak 7,5 juta orang didiagnosis tuberkulosis dan menjadi rekor tertinggi yang pernah terjadi. Berikut gejala TBC yang perlu diwaspadai.


Pentingnya Edukasi untuk Hilangkan Stigma tentang TBC Menurut Kemenkes

20 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Pentingnya Edukasi untuk Hilangkan Stigma tentang TBC Menurut Kemenkes

Edukasi dan kepedulian terkait tuberkulosis (TBC) perlu ditingkatkan karena masih ada stigma di masyarakat tentang penyakit menular itu.


Waspadai TB Laten, Simak Penjelasan Spesialis Paru tentang TBC tanpa Gejala Ini

23 hari lalu

Ilustrasi Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Waspadai TB Laten, Simak Penjelasan Spesialis Paru tentang TBC tanpa Gejala Ini

Masyarakat diminta mewaspadai bahaya TBC laten yang bisa tanpa gejala. Bagaimana mengetahui kita tertular penyakit ini?