TEMPO.CO, Surabaya - Pengamat politik, Hari Fitrianto, mengatakan revolusi mental yang digaungkan calon presiden Joko Widodo berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Karl Marx, bapak sosio-komunis. "Selama saya membaca Karl Marx, tidak ada istilah revolusi mental," katanya ketika dihubungi Tempo, Sabtu, 5 Juli 2014.
Ajaran yang disampaikan oleh Karl Marx, ujar Hari, adalah re-edukasi yang didalamnya tercantum cara-cara menghancurkan paham kapitalisme agar muncul komunisme total. "Kalau revolusi mental, enggak pernah ada," tuturnya.
Hari menuturkan re-edukasi yang diajarkan Karl Marx berbeda dengan makna revolusi mental yang digaungkan Jokowi. Menurut dia, re-edukasi hanya berlaku pada negara yang telah memeluk sosialisme, seperti Cina. Sedangkan revolusi mental, kata Hari, lebih pada konsep Trisakti era Sukarno yang intinya jangan jadi bangsa bermental tempe.
Dalam konsep Trisakti yang dibuat Sukarno berisi tiga hal, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial-budaya. Konsep ini dibacakan oleh Sukarno pertama kali dalam pidatonya pada 1963.
Hari kemudian menggambarkan ajaran Karl Marx seperti seolah-olah semua "isi" kepala seseorang harus dibuang dan diganti paham baru, yaitu sosialis-komunis. "Ajaran Karl Marx juga lebih kepada faktor ekonomi," katanya.
EDWIN FAJERIAL
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Korupsi Haji | Tragedi JIS | Piala Dunia 2014
Berita terpopuler lainnya:
ISIS Bersumpah Hancurkan Kabah Jika Kuasai Mekah
Prabowo Salah Sebut Singkatan PKS
Dua Penggagas Obor Rakyat Jadi Tersangka