TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal (Purnawirawan) Subagyo H.S. mengaku yakin jajaran Tentara Nasional Indonesia masih netral dalam pemilihan umum presiden 2014. Menurut Subagyo, yang sudah bergabung dalam tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, pimpinan militer Indonesia, Panglima TNI dan ketiga Kepala Staf Angkatan, harus menjaga netralitas anak buahnya.
"Jika ada anggota TNI yang nakal, itu oknum," kata Subagyo kepada Tempo saat ditemui di Energy Tower, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Sabtu malam, 5 Juli 2014.
Subagyo pun menginstruksikan relawan Jokowi-JK harus berani melawan "serangan" oknum TNI tersebut. Pertama, dia meminta relawan atau simpatisan Jokowi-JK mencatat oknum tersebut. "Kalau bisa difoto dan dicatat namanya," kata Subagyo.
Selanjutnya dia meminta relawan melaporkan kepada pihak berwajib, pimpinan TNI, atau ke posko pusat Jokowi-JK di Jalan Banyumas Nomor 5, Menteng, Jakarta Pusat. Subagyo juga meminta masyarakat dan tim relawan tak takut menghadapi oknum TNI. "Ini hak demokrasi kalian, jadi jangan takut," ia menegaskan.
Adapun mantan Komandan Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat Jenderal (Purnawirawan) Luhut Binsar Panjaitan juga yakin institusi TNI masih mampu menjaga netralitas mereka. Senada dengan Subagyo, Luhut meminta tim relawan melaporkan jika ada oknum TNI yang nakal.
"Laporkan ke kami biar kami laporkan lagi ke Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan," kata Luhut kepada Tempo.
Sebelumnya Koordinator Tim Relawan Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Eva Kusuma Sundari, mengatakan laporan berupa intimidasi dan kecurangan terus mengalir. Laporan disampaikan oleh relawan Jokowi-JK dari berbagai daerah. Menurut Eva, intimidasi dan kecurangan sudah terjadi sejak awal masa kampanye dan semakin intensif menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden 9 Juli mendatang.
"Laporan kami terima dari sejumlah daerah di Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Papua," kata Eva saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 2 Juli 2014. Menurut dia, intimidasi juga dilaporkan di sejumlah daerah di Jawa Tengah, seperti Gunung Kidul dan Wonogiri. Aparat Babinsa sangat aktif membicarakan Prabowo Subianto tanpa menyebut nama Joko Widodo.
INDRA WIJAYA