TEMPO.CO, Jakarta - Nama kegiatan ekstrakurikuler pencinta alam Sabhawana di SMA 3, Jakarta Selatan, "naik daun" saat seorang peserta kegiatan ini meninggal dunia setelah menjalani uji fisik di Gunung Tangkuban Parahu pada pertengahan Juni lalu.
Arfiand Caesary Alirhami, 16 tahun, meninggal dunia dengan 37 luka pada tubuhnya. Luka-luka tersebut menguatkan dugaan terjadi penganiayaan terhadap Arfiand. (Baca: Siswa SMA 3 Tewas, Ini Luka di Tubuhnya)
Seperti apa uji fisik yang terjadi pada kegiatan Sabhawana yang sudah berjalan selama 36 tahun ini? Menurut penuturan sumber Tempo yang pernah mengikuti ekstrakurikuler ini, angkatan pertama Sabhawana dilatih langsung oleh Kopassus. "Setelah mereka tahu caranya, diajarkan ke angkatan di bawahnya," katanya saat ditemui, Jumat, 4 Juli 2014. (Baca: Tersangka Ospek SMA 3 Dihibur Buku Raditya Dika)
Peserta bisa menjadi anggota jika dapat meraih jaket merah Sabhawana melalui uji Berganda. Sebelum ikut serta dalam uji Berganda, peserta harus melalui tiga tahap, yakni gladi medan I, gladi medan II, dan gladi medan III. Latihan yang dilakukan adalah latihan fisik, materi, dan naik gunung. "Untuk latihan fisik biasanya lari keliling lapangan dan diajarkan push up," ujarnya. (Baca: Padian, Siswa SMA 3 Dikenal Pintar Sejak SMP)
Lari keliling lapangan dilakukan selama kurang-lebih satu jam tanpa berhenti. "Lama latihan biasanya tiga jam, dan lari keliling lapangan selama dua jam," katanya. Selain latihan fisik, juga diajarkan materi seperti mounteneering, navigasi darat, SAR, survival, dan P3K. Setelah semua dilakukan, barulah akan naik gunung. (Baca: Ada Bekas Gigitan Ular di Tubuh Siswa SMA 3)
Untuk gladi medan I, II, dan III, tempat kegiatannya ditentukan pengurus. Khusus ujian Berganda, rutenya selalu sama di Gunung Tangkuban Parahu. Kegiatan Berganda, kata dia, dilakukan kurang-lebih selama delapan hari. (Baca: Tersangka Ospek Sabhawana SMA 3 Sakit Epilepsi)
Dalam acara Berganda, semua peserta berkumpul di sekolah dan berangkat menggunakan truk tronton. Truk itu hanya mengantar sampai kawasan Bogor. Dari Cianjur, Bogor, ke Bandung Barat menuju kawasan Tangkuban Parahu, peserta harus berjalan kaki. Waktu jalan kaki pun sudah ditargetkan. "Jalan kaki dari Bogor ke Gunung Tangkuban Parahu dimulai pukul 07.00 dan harus sudah sampai pukul 18.00," ujarnya. Sepanjang jalan kaki menuju kawasan Tangkuban Parahu, peserta harus memanggul tas carrier.
Salah satu orang tua siswa yang menolak namanya disebut tak tahu bahwa kegiatan Berganda yang dilakoni anaknya sangat berat. "Pantas saja kaki anak saya sampai bengkak dan biru hingga mati rasa," katanya. "Kalau tahu begitu, saya tidak akan beri izin."
DEVY ERNIS
Topik terhangat:
Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS
Berita terpopuler lainnya:
Lurah Susan 'Mengurung Diri' Sampai 9 Juli
Prabowo 'Nyerah' di Daerah-daerah Ini
Dihalangi Mencoblos, Ratusan TKI Hong Kong Marah