TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya aksi beli di pasar keuangan domestik membuat nilai tukar rupiah menguat tajam.
Di transaksi pasar uang Senin, 7 Juli 2014, rupiah mengalami apresiasi 160 poin (1,35 persen) ke level 11.712 per dolar Amerika Serikat. Ini merupakan penguatan rupiah paling tajam setelah 14 Maret 2014. Sentimen positif dari dalam negeri ini juga menjadikan rupiah sebagai satu-satunya mata uang Asia yang berhasil membuat dolar keok.
Hingga 17.00 WIB, dolar tampak menguat terhadap semua mata uang Asia, kecuali rupiah. Dolar Hong Kong melemah ke 1,2465 per dolar AS, won Korea melemah 0,17 persen ke 1.010,57 per dolar AS, dan baht melemah 0,1 persen ke 32,40 per dolar AS.
Ekonom PT Bank International Indonesia, Juniman, mengatakan penguatan tajam rupiah disebabkan oleh euforia menjelang pemilihan presiden. Pelaku pasar, khususnya investor asing, melihat Indonesia berhasil melewati masa kampanye dengan sukses dan tanpa gejolak. "Investor meyakini situasi kondisif ini akan terus berlangsung sampai pemilihan presiden." (Baca: Peruri: Potensi Pasar Luar Negeri Tinggi)
Dua hari menjelang pencoblosan, animo beli investor di pasar keuangan sangat tinggi. Indeks harga saham gabungan menguat tajam diikuti dengan volume transaksi yang naik ke Rp 6 triliun dan investor asing mencatat neto beli Rp 760 miliar.
Di sisi lain, posisi rupiah dinilai sudah terlalu rendah (undervalued) setelah melemah hingga level 12.100 per dolar AS di pekan lalu. Aksi lepas portofolio investor asing akhirnya berhenti. "Asing justru kembali masuk secara agresif ke pasar domestik untuk mengantisipasi pemilu presiden," ujar Juniman. (Baca:Defisit Perdagangan Kembali Hambat Rupiah)
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler:
Banyak Silap, Hatta Merasa Sudah Tampil Maksimal
Mengapa Jay Subyakto Tantang Maut demi Jokowi
Lurah Susan 'Mengurung Diri' Sampai 9 Juli
Keluarga Bung Karno Deklarasikan 5K untuk Jokowi
Prabowo Menang, Indeks Saham Bakal Jeblok