TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong, Nurhayati, 36 tahun, mengatakan antusiasme rekan-rekannya terhadap calon presiden dari poros PDI Perjuangan, Joko Widodo, menurun. Padahal, kata dia, sekitar tiga bulan sebelumnya mereka memantapkan diri memilih Jokowi.
"Alasannya, para tenaga kerja perempuan ini ikut pilihan pacarnya yang ada di Indonesia," kata Nurhayati kepada Tempo melalui pesan pendek, Ahad, 6 Juli 2014. Pacar rekan Nurhayati di Indonesia memilih calon presiden dari poros Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Tak hanya itu, para TKI yang terpengaruh pacarnya tersebut kemudian membujuk rekan lainnya untuk memilih Prabowo. Padahal, kata dia, di antara mereka adalah kader partai banteng. "Tapi saya optimistis hingga hari terakhir pencoblosan ini suara Jokowi akan unggul di Hong Kong," TKI asal Malang, Jawa Timur, ini berharap. "Kasat mata, banyak yang salam dua jari." Dua jari adalah simbol untuk Jokowi-Jusuf Kalla pada nomor urut 2.
April lalu, Nurhati dan sejumlah rekannya mengetahui bahwa Jokowi adalah calon presiden dari PDI Perjuangan. "Kami juga memantau pemberitaan di Tanah Air," katanya.
Mereka pun mantap memilih Jokowi sebagai presiden berikutnya. Apalagi, tutur Nurhayati, teman-temannya dari Jawa Tengah dan sekitarnya sering bercerita tentang Jokowi yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta nonaktif. Menurut Nurhayati, karier Jokowi bermula dari orang biasa. "Dia berangkat dari bawah," katanya.
Nurhayati dan rekan-rekannya menganggap Jokowi bisa merasakan apa yang mereka rasa sebagai wong cilik yang harus ke luar negeri untuk mencari pekerjaan. "Kami berharap, jika Jokowi menjadi presiden, kami tak lagi diperbudak di luar negeri seperti ini," ujarnya. "Kami ingin bekerja di Indonesia dan bareng dengan keluarga."
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Dari Sini Hitler Belajar Pidato yang Memukau
Remaja Filipina Tewas Saat Ber-Selfie
Facebook Messenger Hadir di iPad