TEMPO.CO, Jakarta - Anggota tim pemenangan Jokowi -Jusuf Kalla, Yuddy Chrisnandi, mengatakan nasib Indonesia berada di persimpangan kemajuan-kemunduran. Pihaknya meminta pemerintah tidak main-main dalam melaksanakan pemilihan presiden. "Pak SBY, bangsa ini berada di tikungan tajam," katanya di Media Center Jokowi-JK, Senin, 7 Juli 2014
Chris mengatakan banyak laporan yang diterima pihaknya ihwal pelanggaran dalam penyelenggaraan pemilu. Laporan tersebut antara lain tentang tidak netralnya oknum Tentara Nasional Indonesia, semakin maraknya politik uang, serta masih banyaknya masyarakat yang belum menerima surat undangan pencoblosan. "Kami menerima laporan intimidasi yang dilakukan oknum TNI sejak seminggu lalu," ujar Chris. (Baca:Kampanye Ilegal, Pro Prabowo Pukul Pengawas Pemilu)
Anggota tim pemenangan Jokowi-Kalla, Zuhairi Misrawi, mengatakan indikasi tidak netralnya oknum TNI berasal dari laporan warga yang diterima relawan di daerah Kuningan, Indramayu, dan Kediri. Bentuk laporan intimidasi tersebut berupa ancaman dan penggiringan masyarakat untuk memilih kandidat presiden tertentu. "Pagi ini, laporan intimidasi masuk dari Kediri," ujar Zuhairi.
Chrisnandi meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dapat menjamin kelancaran pemilihan presiden 2014. SBY diminta melihat kembali ke masa Megawati. Waktu itu, kata dia, Megawati kalah dalam pemilihan umum, tetapi kondisi damai. "Jangan sampai terjadi kondisi darurat pemilu," ujar Chrisnandi.
Sebelumnya, Mayor Jenderal Muhammad Fuad Basya mengatakan Panglima TNI Jenderal Moeldoko sudah menekankan bahwa netralitas anak buahnya bukan sebatas ucapan, tetapi sebuah bentuk tanggung jawab. "Bukan waktunya berucap sekarang," ujar Fuad menirukan Moeldoko dalam acara kunjungan mantan Wakil Presiden Indonesia era Orde Baru, Try Sutrisno, pada 3 Juli lalu.
SAID HELABY
Berita lainnya:
Lurah Susan 'Mengurung Diri' Sampai 9 Juli
Mengapa Jay Subiyakto Tantang Maut demi Jokowi
Keluarga Bung Karno Deklarasikan 5K untuk Jokowi