TEMPO.CO, Sidoarjo - Sebanyak 133 pengungsi Syiah asal Kabupaten Sampang yang masih tinggal di rumah susun Jemundo, Kabupaten Sidoarjo, ikut berpartisipasi dalam pemilu presiden, Rabu, 9 Juli 2014. Dari dua calon presiden, mereka mengaku lebih mengenal sosok Joko Widodo ketimbang Prabowo Subianto.
Salah satu pengungsi, Bujadin, 41 tahun, mengatakan Jokowi dengan gaya dan penampilan sederhana layaknya orang desa lebih banyak dikenal oleh teman-temannya yang berada di pengungsian. "Jokowi itu terkenalnya karena merakyat," kata dia di sela-sela menunggu kereta kelinci yang akan mengangkut para pengungsi ke tempat pemungutan suara. (Baca: Ke TPS, Pengungsi Syiah Naik Kereta Kelinci).
Dengan sosok yang seperti itu, kata Bujadin, Jokowi lebih banyak diingat oleh masyarakat. Menurut Bujadin, presiden seperti itulah yang dia harapkan bisa membantu mengangkat nasib orang-orang yang terpinggirkan karena sudah tahu sendiri kondisi di bawah. "Kami di pengungsian hanya melihat Jokowi di televisi," kata dia.
Terhadap Prabowo, Bujadin mengatakan tidak terlalu tahu latar belakang dan prestasinya. Yang dia tahu hanya Prabowo sebagai calon presiden nomor urut satu. "Kami tidak seberapa tahu soal Prabowo," kata dia.
Meskipun memuji Jokowi, namun Bajudin enggan mengungkapkan pilihannya secara terbuka. Menurutnya, pilihannya itu akan ditentukan sewaktu membuka surat suara di bilik suara. "Kalau soal pilihan tergantung saat di bilik," kata dia. (Baca: Sibuk Pemilu, Urusan Syiah Absen Dulu).
Salah seorang pengungsi yang tak mau disebut namanya mengatakan keluarganya lebih cenderung kepada Jokowi-JK, karena dari info yang dia terima, Jokowi lebih pantas dan lebih cocok untuk menjadi presiden karena lebih prorakyat. "Banyak alasan kenapa harus Jokowi, di antaranya karena dia peduli pada rakyat," kata pengungsi itu.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita utama
Jokowi-JK Pimpin Penghitungan Suara di Jerman
Pemilu Presiden, TNI Siaga 1
Jokowi-JK Masih Unggul di Sejumlah Survei