Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

'Presiden Nanti Harus Punya Menko yang Kuat'  

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Menteri Perindustrian, MS. Hidayat. TEMPO/Seto Wardhana
Menteri Perindustrian, MS. Hidayat. TEMPO/Seto Wardhana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Mohamad Soleman Hidayat mengatakan pekerjaan rumah presiden terpilih dalam sektor ekonomi adalah bisa memilih Menteri Koordinator Perekonomian yang mampu mengkoordinasikan semua kementerian yang terkait dengan sektor industri.

Dia mengakui kabinet saat ini belum memiliki visi yang sama soal kerangka kerja untuk jangka menengah dan jangka panjang bidang ekonomi. Menurut dia, kerangka kerja ini harus disepakati dulu bersama. "Kalau visi itu belum disepakati, akan terus terjadi sengketa pandangan. Satu kementerian ingin memberikan insentif, tapi oleh kementerian lain dianggap sebagai potential lost income," ujar Hidayat di Jakarta, Rabu, 9 Juli 2014.

Padahal, jika dilihat secara jangka menengah, kebijakan pemberian insentif itu mungkin bisa untuk menghimpun kekuatan untuk industri dalam negeri. Sedangkan jika dilihat dalam jangka pendek, memang akan merugikan negara dalam hal pendapatan pajak. "Inilah pentingnya Menko untuk merangkum itu semua kepentingan itu," tuturnya.

Hidayat mencontohkan soal sengketa pandangan antar-kementerian itu. Saat awal kabinet terbentuk, Kementerian Perindustrian mempunyai pandangan harus ada kebijakan-kebijakan yang drastis, misalnya pemberian insentif yang besar, agar industri-industri bahan baku bisa tumbuh.

Namun usulan itu terhambat karena ada undang-undang yang harus diubah dulu. Selain itu, yang banyak terjadi adalah Kementerian Keuangan menganggap pemberian insentif tak perlu karena akan mengganggu target pendapatan pajak. "Nah, itu, menurut saya, perbedaan esensial yang harus diputuskan oleh Menko," kata Hidayat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kurang padunya pandangan kementerian itu, menurut Hidayat, kini terbukti. Selama lima tahun belakangan ini, kekuatan Indonesia di sektor industri barang modal dinilai kurang tumbuh dibanding negara lain yang memberikan insentif yang sangat besar.

Hidayat menuturkan tokoh mantan Menteri Perekonomian yang layak ditiru adalah Ali Wardhana. Ali Wardhana dinilai mampu menjalankan tanggung jawabnya sebagai Menteri Koordinator Ekonomi yang baik. Ali Wardhana adalah Menteri Keuangan RI masa pemerintahan Orde Baru selama sepuluh tahun (1968-1983). Sesudah itu, mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini menjabat Menteri Koordinator Ekonomi, Industri, dan Pengawasan Pembangunan selama lima tahun (1983-1988).

AMIR TEJO



Topik terhangat:

Jokowi-Kalla | Prabowo-Hatta | Piala Dunia 2014 | Tragedi JIS

Berita terpopuler lainnya:
Ini Alasan Popularitas Jokowi Rebound
Kata Australia Soal Pemilu Indonesia
Braak, Prabowo Masukkan Surat Suara ke Kotak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.


DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

Wakil Ketua Komisi II DPR RI Saan Mustofa
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.


Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Ketua DPR Setya Novanto melambaikan tangan sembari tertawa usai mengikuti Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, 15 Maret 2017. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.


Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Putera sulung mantan Presiden SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (tengah) menyerahkan piala kepada Ketua Pelaksana Kejuaraan Asia Karate SBY Cup XIV Jackson AW Kumaat (keempat kiri) di Jakarta, 25 Februari 2017. ANTARA FOTO
Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini


Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan usai Rapim TNI, didampingi Menkopolhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Cilangkap, 16 Januari 2017. TEMPO/Yohanes Paskalis
Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.


Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Susilo Bambang Yudhoyono membacakan pidato politiknya usai ditetapkan menjadi ketum periode 2015-2020 dalam penutupan Kongres Demokrat di Surabaya, 13 Mei 2015. Dalam pidato politiknya SBY membacakan 10 rekomendasi hasil kongres untuk landasan kerja selama lima tahun kedepan. TEMPO/Nurdiansah
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.


Negosiator Golkar Arahkan Dukungan ke Jokowi  

9 Januari 2015

Tim juru runding kubu Agung Laksono dan kubu Aburizal Bakrie, dari kiri : Yorris Raweyai, Priyo Budi Santoso, MS Hidayat, Andi Matalatta, Syarif Cicip Sutardjo, Theo L Sambuaga, Agun Gunanjar, Freddy Latumahena, berfoto bersama sebelum perundingan islah, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, 23 Desember 2014. Perundingan antara kubu Agung Laksono dengan kubu Aburizal Bakrie tersebut membahas perdamaian dalam menyelesaikan masalah perselisihan di internal Golkar yang menyebabkan dualisme kepemimpinan.TEMPO/Imam Sukamto
Negosiator Golkar Arahkan Dukungan ke Jokowi  

Dukungan itu tidak menutup ruang bagi Golkar untuk bersikap kritis terhadap pemerintah.


M.S. Hidayat Bakal Jadi Ketua Harian Golkar

3 Desember 2014

Calon ketua umum Partai Golkar, MS Hidayat (kanan) didampingi oleh Marzuki Darusman saat menggelar jumpa pers terkait pengunduran dirinya dari bursa pencalonan ketua umum jelang pembukaan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, 30 November 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
M.S. Hidayat Bakal Jadi Ketua Harian Golkar

M.S. Hidayat akan menjadi Ketua Harian Golkar periode 2014-2019.


Munas Golkar, M.S Hidayat Tampik Muluskan Ical

30 November 2014

Calon ketua umum Partai Golkar, MS Hidayat (kanan) didampingi oleh Marzuki Darusman saat menggelar jumpa pers terkait pengunduran dirinya dari bursa pencalonan ketua umum jelang pembukaan Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, 30 November 2014. TEMPO/Johannes P. Christo
Munas Golkar, M.S Hidayat Tampik Muluskan Ical

'Aklamasi atau tidak itu tergantung dari peserta Munas.'


M.S. Hidayat Dukung Ical

30 November 2014

MS Hidayat, bacakan pernyataan pencalonan dirinya untuk Ketum Golkar di Bandung, Jawa Barat, 10 Agustus 2014. MS Hidayat dan tokoh lain seperti Agung Laksono sering disebut calon kuat pengganti Aburizal Bakrie. TEMPO/Prima Mulia
M.S. Hidayat Dukung Ical

Hidayat menyatakan mundur dari bursa pencalonan Ketua Umum Golkar dan meminta pendukungnya melimpahkan suaranya ke calon inkumben, Aburizal Bakrie