TEMPO.CO, Jakarta - Hingga semester I 2014, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah membukukan realisasi pendapatan hingga US$ 17,6 miliar atau setara Rp 204,6 triliun. Jumlah tersebut telah memenuhi 59 persen target penerimaan dari sektor migas yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014.
Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana menjelaskan, dalam APBN Perubahan 2014, penerimaan dari sektor migas ditargetkan sebesar US$ 29,7 miliar atau setara Rp 345,5 triliun. "Pencapaian pendapatan dari sektor migas sejauh ini sangat menggembirakan karena SKK Migas telah berhasil melampaui 50 persen target," katanya di kantor SKK Migas, Kamis, 10 Juli 2014. (Baca: SKK Migas: Masa Depan Migas di Indonesia Timur)
Adapun lifting minyak bumi hingga semester I 2014 mencapai 796,5 juta barel per hari (MBOD) atau memenuhi 97,4 persen target lifting minyak bumi yang tercantum dalam APBN Perubahan 2014. Adapun lifting gas bumi hingga semester I 2014 menyentuh angka 6,897 miliar MSCFD, sementara targetnya 6,583 miliar MSCFD. "Lebih 0,6 persen dari target," kata Gde.
Selain itu, Gde menguraikan, hingga Juni 2014, SKK Migas telah menghabiskan dana hingga US$ 9,3 miliar untuk biaya operasi pada sektor hulu migas. Besaran tersebut telah menyedot 62 persen dana operasi hulu migas yang dianggarkan dalam APBN Perubahan 2014, yang mencapai US$ 15 miliar. (Baca: Pertamina Sumbang 23,9 Persen Migas Nasional)
Menurut Gde, sektor produksi migas menyedot anggaran cost recovery paling besar sekitar US$ 6,17 miliar atau 66 persen. Pengeluaran terbesar selanjutnya untuk kebutuhan pengembangan, eksplorasi, dan administrasi yang masing-masing sebesar US$ 1,67 miliar, US$ 840 juta, dan US$ 640 juta.
RAYMUNDUS RIKANG R.W.
Terpopuler :
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Hidayat: Investor Cemas Hasil Pemilu Beda Tipis
Hidayat: Presiden Baru Harus Naikkan Harga BBM