TEMPO.CO - Terus terang, saya tak tega melihat Brasil dipermalukan Jerman tanpa ampun dengan skor telak 1-7. Ini bukan pertandingan antarkampung, bro, melainkan semifinal Piala Dunia. Bagaimana mungkin dalam event seagung ini tim Jerman mampu membuat Selecao terlihat seperti tim anak bawang? Entahlah, saya tak tahu jawabannya. Sebab, meski Brasil tak diperkuat dua pemain pilarnya, yakni Neymar dan kapten tim, Thiago Silva, sebenarnya mereka masih dijagokan di pasar taruhan. Tapi biarlah itu jadi urusan para pakar sepak bola untuk menelitinya. Yang jelas, saya kecewa akan hasil itu. Dan untungnya saya bisa berbagi kesedihan dengan jutaan pencinta sepak bola lainnya di seluruh dunia secara langsung. Caranya? Tentu saja lewat media sosial.
Tentu, selain berbagi isi hati alias curhat, ada juga yang berbagi kegembiraan. Dan, ternyata, obrolan di media sosial ihwal pembantaian Brasil oleh Die Mannschaft itu mencapai jutaan item, hingga sempat menjadi trending topic. Di Twitter, laga ini memecahkan rekor sebagai pertandingan olahraga yang paling banyak meraih tweet. Angkanya mencapai 35,6 juta cuitan. Sedangkan rekor tweet per menit tembus ketika Sami Khedira membobol gawang Brasil pada menit ke-29 untuk menjadikan skor 5-0. Jumlah tweet per menit 580.166.
Seusai pertandingan, komentar pun bertebaran di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram. Rata-rata komentar bernada miring lebih banyak ditujukan kepada tim asuhan Luiz Felipe Scolari, dari ejekan, cemooh, sindiran, sampai komentar menggelitik. Salah satu cuitan berbunyi, "Brasil boleh punya Neymar, di Portugal ada Ronaldo, Argentina memiliki Messi, tapi Jerman adalah tim paling tangguh."
Di era digital, media sosial menjadi sarana paling banyak dipakai untuk berbagi, entah itu perasaan sedih, kecewa, atau gembira. Tak jarang pula media sosial digunakan untuk menyerang dan mengancam lawan. Bahkan juga menebar fitnah! Media sosial memang dikenal sebagai saluran yang tak mengenal belas kasihan. Orang bisa menulis apa saja sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya.
Sepanjang berlangsungnya Piala Dunia di Brasil, Facebook adalah media sosial yang paling banyak dipakai. Laga Brasil kontra Jerman secara global dibicarakan oleh 66 juta orang dengan 200 juta post, komentar, dan like. Jika ditotal, sudah ada sekitar 1 miliar post dari 220 juta pemilik akun Facebook di seluruh dunia selama Piala Dunia. Ini sebuah rekor baru di Facebook untuk satu event.
Sebelum pertandingan semifinal, partai Brasil melawan Cile di babak 16 besar yang berakhir dengan skor 3-2 adalah laga yang paling banyak mendapat post di Facebook. Angkanya mencapai 75 juta post dari 31 juta pemilik akun. Sedangkan pemilik akun dari Brasil adalah yang paling banyak menyumbangkan post dan like. Amerika menjadi negara kedua, Meksiko ketiga, dan Indonesia keempat.
Di belakang Facebook adalah Twitter. Sejauh ini sudah 300 juta tweet yang malang-melintang sejak kickoff dimulai pada 12 Juni lalu. Pertandingan yang paling banyak di-mention adalah Brasil melawan Kroasia. Jumlahnya 12,2 juta tweet. Sedangkan tweet paling banyak di-retweet adalah milik Mario Balotelli. Pemain Italia ini melempar tweet, "Jika kami berhasil mengalahkan Kosta Rika, saya ingin dicium oleh Ratu Inggris." Tweet ini langsung di-retweet sebanyak 176 ribu kali.
Bukan hanya pendukung setia tim yang memakai media sosial sebagai sarana penyampai unek-unek. Para pemain pun lebih suka memakai media sosial ketimbang berbicara kepada wartawan perihal insiden yang terjadi di lapangan. Bek Kolombia, Juan Camilo Zuniga, yang mencederai bintang Brasil, Neymar, sempat di-bully di media sosial. Ia menanggung ejekan bernada rasisme hingga ancaman pembunuhan. Salah satu tweet itu berbunyi, "Dia adalah penjahat terbesar dalam sejarah sepak bola." Merasa tak nyaman terus-menerus dipojokkan, Zuniga akhirnya meminta maaf dan menjelaskan duduk perkaranya lewat Facebook. Permintaan maaf Zuniga itu dibalas Neymar lewat video di YouTube.
Cedera Neymar bukan satu-satunya insiden Piala Dunia yang merebak di media sosial. Gigitan Suarez di pundak Giorgio Chiellini juga ramai mewarnai jejaring sosial. Ketika laga Uruguay kontra Italia berakhir, baik Suarez maupun Chiellini menghindar dari kejaran wartawan. Tak ada komentar panjang soal insiden tersebut. Tapi ternyata keduanya lebih memilih media sosial untuk menjelaskan situasinya. Suarez, yang pada awalnya membantah dituduh menggigit pundak Chiellini, akhirnya meminta maaf di laman Facebook pribadinya. Chiellini pun membalas melalui Twitter, "Saya sudah melupakan insiden itu."
Media sosial telah mengubah cara orang "menikmati" Piala Dunia. Komentar positif ataupun negatif dapat langsung disebar ke berbagai pelosok dunia. Entah komentar apa yang meluncur seandainya media sosial sudah semasif sekarang ketika legenda Argentina, Diego Maradona, menjebol gawang Inggris di Piala Dunia 1986 berkat bantuan "tangan Tuhan". *
FIRMAN ATMAKUSUMA (Wartawan Tempo)