TEMPO.CO, Gaza - Setidaknya 50 warga Palestina mengalami luka-luka akibat serangan roket yang diluncurkan oleh Israel. Namun, saat konflik seperti ini, layanan kesehatan di wilayah penduduk Palestina justru di ambang kehancuran. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan rumah sakit kini sangat kekurangan obat dan bahan bakar untuk menyalahkan generator sebagai sumber tenaga. (Baca: Gaza Diserang, Indonesia Minta PBB Bertindak)
Dikutip dari Reuters, Kamis, 10 Juli 2014, WHO rencananya menyumbang sekitar US$ 40 juta hingga akhir tahun ini. Sedangkan US$ 20 juta lainnya akan digunakan untuk membayar utang Departemen Kesehatan di Yerusalem Timur yang menerima pasien kanker dari Gaza dan Tepi Barat. (Baca juga: 5 Wartawan Ini Dihukum Kerja Paksa 10 Tahun)
"Meningkatnya jumlah kekerasan di Jalur Gaza memunculkan keprihatinan tentang kemampuan pemerintah dan pelayanan kesehatan di wilayah pendudukan Palestina. Mereka harus beradaptasi dengan peningkatan sistem kesehatan darurat," demikian pernyataan WHO.
Hingga hari ini, setidaknya 78 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas dari "balas-balasan" roket antara Israel dan Palestina. "Sebuah rumah sakit, tiga klinik, dan sebuah pusat desalinasi air di tenda pengungsi telah rusak," kata WHO.
Departemen Kesehatan hanya memiliki cadangan listrik untuk sepuluh hari ke depan setelah listrik dipadamkan di Gaza. Di sisi lain, setengah dari perawat medis tidak menerima gaji selama beberapa bulan terakhir.
"Kami bekerja dalam situasi yang mengerikan. Saya tidak perlu membiasakan diri untuk merawat pasien yang trauma karena saya merasakan hal yang sama," kata salah satu dokter rumah sakit di Shifa yang buka 24 jam.
RINDU P. HESTYA | REUTERS
Berita Lain:
Serangan ISIS Mendekati Mekah
Jet Israel Bombardir Jalur Gaza, 72 Orang Tewas
Serangan Israel ke Palestina, Dunia Terbelah