Siap-siap Harga Sembako Naik H-10 Lebaran  

Editor

Rini Kustiani

Pedagang daging musiman mempersiapkan dagangannya di Banda Aceh, 26 Juni 2014. Masyarakat Aceh membeli daging untuk melakukan tradisi Meugang Ramadhan. ANTARA/Irwansyah Putra
Pedagang daging musiman mempersiapkan dagangannya di Banda Aceh, 26 Juni 2014. Masyarakat Aceh membeli daging untuk melakukan tradisi Meugang Ramadhan. ANTARA/Irwansyah Putra

TEMPO.CO, Bandung - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan saat ini harga barang kebutuhan pokok di pasar cenderung sudah turun dan stabil. Namun, pada 18-19 Juli nanti, dia memprediksi terjadi kenaikan harga. "Kenapa? Karena mau siap-siap Lebaran, ada yang mau bikin rendang duluan, ada yang bikin kue duluan," kata Luthfi di Bandung, Kamis, 10 Juli 2014.

Menurut Lutfi, kenaikan harga yang terjadi saat bulan Ramadan hingga menjelang Idul Fitri diharapkan hanya berkisar 5-10 persen. "Itu normal. Teman-teman dapat THR, gaji ke-13, jadi petani dan pedagang kita bolehlah dapat gaji ke-13," katanya.

Di Pasar Kosambi, Bandung, sejumlah pedagang mengakui harga barang relatif sudah turun setelah sempat melonjak memasuki bulan puasa. Misalkan bawang merah yang sebelumnya Rp 28 ribu per kilogram kini turun berkisar Rp 25-26 ribu per kilogram, serta daging ayam yang asalnya Rp 35 ribu kini turun Rp 32-33 ribu per kilogram.

Harga telur masih belum stabil, berkisar Rp 20 ribu per kilogram. Khusus harga ayam yang masih berkisar Rp 33 ribu, Lutfi mengatakan, kenaikannya masih bisa ditoleransi. Dia beralasan, harga daging ayam normalnya berada pada kisaran Rp 28-31 ribu.

Luffi menuturkan, secara nasional, harga daging sapi juga relatif sudah turun. Menjelang puasa harganya tercatat Rp 97 ribu per kilogram, sempat naik Rp 101 ribu per kilogram pada pekan pertama Ramadan. "Sekarang ini sudah turun secara nasional menjadi Rp 99 ribu (per kilogram). Tadi saya cek di Pasar Kosambi ini harganya Rp 95-100 ribu," katanya.

Dia mengatakan, kendati harga sudah cenderung turun dan stabil, operasi pasar dan pasar murah tetap dilaksanakan. "Pasar murah bukan untuk mendistorsi harga dari petani, atau harga produsen atau pedagang, tapi untuk menjadi harga referensi supaya tidak dispekulasikan orang, dipojokkin orang ketika permintaan tinggi, harganya jadi naik yang tidak terkendali," ujarnya.

AHMAD FIKRI



Berita terpopuler:
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Serangan ISIS Mendekati Mekah
Hidayat: Presiden Baru Harus Naikkan Harga BBM